Browse »
Home » Archives for Desember 2012
Berawal Dari Khayalan
Cerita
ini di mulai waktu saya masih duduk di kelas 1 SMA di kota B. Usia
saya sekarang 33 tahun, berarti kejadian ini terjadi 16 tahun yang
lalu.
Panggil saya Kadek, ketika itu saya mempunyai kelompok
belajar yang selalu rutin belajar di salah satu rumah teman kami, Bima.
Saya, Bima, Hendra, Julian dan Rizki setiap akan ulangan selalu belajar
berkelompok sambil menginap, karena anak kelas satu masuk sekolah
selalu pada siang hari.
Teman saya, Bima, memang dari keluarga
yang lebih dibanding teman-teman yang lain. Dia adalah anak bungsu dari
4 bersaudara (2 pria dan 2 wanita), dari ayah seorang pejabat
Depkeu.(drs.E) dan Ibu dosen fakultas sastra di universitas negeri di
kota B, yang biasa kami panggil Tante N. Otomatis kami selalu tidur,
makan dan mandi di sana, malah kalau keluarga drs.E berpesiar, kami
suka diajak.
Bila Bima sedang di bawah (karena kamarnya memang di
lantai 2), kami selalu membicarakan sangkakak no.3 yang bernama E.
Hal-hal yang dibicarakan tidak lain adalah wajah yang good looking
serta body yang aduhai disertai kulit putih mulus terawat. Tapi
anehnya, saya kok lebih suka memperhatikan Tante N, yang diusia 42
tahun lebih menimbulkan hasrat serta fantasi-fantasi seksual yang
membuat perasaan risih. Karena walau bagaimanapun Tante N adalah ibu
kandung dari teman baikku. Jadi, saya hanya bisa berkhayal dan tidak
berani cerita pada orang lain.
Karena keluarga drs.E adalah
pencinta sport, maka setiap weekend selalu diisi dengan kegiatan
berolahraga, terutama olah raga tennis. Karena saya cukup mahir bermain
tennis, saya selalu diajak untuk bermain tennis. Karena saya dianggap
paling jago, maka saya sering berpasangan dengan Tante N apabila
bermain double. Selain badan Tante N yang proporsional dengan tinggi
badan sekitar 165 cm, pakaian tennis Tante N memang sexy dengan rok
pendek serta atasan model tank top, pelukan-pelukan serta sentuhan,
apabila kami memenangkan game membuat hati saya berdebar-debar dan
hasrat seksual terhadap Tante N semakin menjadi-jadi. Malah, setiap
selesai bermain tennis saya bermasturbasi dengan membayangkan wajah
Tante N serta bersetubuh seperti film BF yang biasa saya tonton.
Pada
hari Sabtu di bulan Januari, karena saya tidak memiliki pacar, saya
sering berkeliling kota dengan mobil ayah untuk menghabiskan malam
panjang sendirian. Karena teman-teman belajar saya semua pada ngapel,
termasuk Bima. “Ah Sial..” ketika baru saja lewat rumah keluarga drs.E,
mobil terbatuk-batuk seperti habis BBM. Padahal hujan begitu lebat di
luar dan SPBU terdekat kira-kira 2 km dari lokasi tempat mobil saya
tepikan di bahu jalan. Akhirnya, saya memutuskan untuk meminjam telepon
ke rumah Bima, untuk menelepon ayah atau siapa saja untuk membantu
kesulitan gara-gara lalai terhadap yang namanya BBM.
Ketika saya
tiba di rumah Bima, sambil hujan-hujanan suasana rumah tampak sepi,
tidak ada mobil atau pun suara televisi yang menandakan adanya
kehidupan. Dengan hati lemas saya pijit bel rumah 2 kali, “Tingtong..
tingtong..” Tidak lama kemudian terdengar jawaban dari dalam rumah.
“Siapa..?” Hati saya berdebar, karena saya sangat mengenal suara itu.
Kemudian saya menjawab, “Kadek, Tante.. maaf malam-malam Tante. Saya
mau pinjam telepon, mobil saya mogok, Tante.” Terdengar gerendel pintu
berbunyi, dan ketika pintu terbuka tampak sebuah sosok yang sangat saya
kenal, sosok yang selalu hadir disetiap fantasi seksual saya. “Aduh
Kadek kenapa? kasian malam-malam gini hujan-hujanan, ayo cepat ke kamar
Bima, kalo udah selesai ke ruang makan yach! Tante buatin minuman
hangat.” Sambil mengeringkan badan dan mengganti baju, masih terbayang
siluet badan Tante N ketika tadi membuka pintu, yang membayang dari
gaun tidur yang tipis.Dalam hati saya bertanya, “Kok sepi sekali, yang
lain pada ke mana yach.”
Sambil menghirup coklat panas yang dihidangkan Tante N, akhirnya saya beranikan untuk bertanya.
“Tante, Oom, Bima dan yang lain pada ke mana? Keliatannya rumah kok sepi sekali.”
“Ini lho, adiknya Oom yang di J, sedang sakit, karena si Mbok juga
lagi pulang, terpaksadech Tante jadi hansip dulu. Eh.. kamu jadi telepon
nggak.”
“Eh iya Tante, kok jadi lupa nih.”
“Makanya, jangan suka ngelamun, dari tadi Tante perhatiin kamu kok bengong terus, ada apa sih?”
“Nggak ada apa-apa kok Tante!”
Saya
langsung bergegas ke ruang keluarga, dan segera telepon ke rumah. Saya
coba berulangkali tetap telepon tidak bisa aktif. Tiba-tiba terdengar
suara Tante N, “Bisa nggak Dek? Kalo hujan begini biasanya jaringan
telepon di sini memang suka ngadat.”
“Udah deh, kamu tidur sini aja, Tante juga jadi ada yang nemenin.”
“Iya Tante.”
Setelah itu, saya dan Tante N segera beranjak untuk meneruskan obrolan
di ruang keluarga. Sebelum saya sempat duduk di sofa, Tante N berkata,
“Dek, tolong dong Tante ajarin lagu Turkish March-nya Bethoven, Tante
masih kagok tuh perpindahan jari-jarinya.”
“Kapan Tante?”
“Ya sekarang dong! Kapan lagi coba kamu punya waktu untuk ngajarin Tante.”
Kemudian
kami menuju piano dan duduk sama-sama di kursi piano yang tidak
terlalu lebar. Karenasaya mengajari perpindahan jari-jari tangan,
otomatis saya selalu memegang jari tangan Tante N yang halus dengan
kuku-kuku yang terawat dengan baik. Jantung saya terasa makin lama
makin berdebar, apalagi setiap menarik nafas harum tubuh Tante N,
sepertinya memenuhi rongga dada dan membuat adik kecilku mengeras secara
perlahan.
“Kamu kok suaranya bergetar Dek, lagi nggak enak badan yah?”
“Nggak kok Tante, saya hanya..”
“Hanya apa hayo! nggak mau ya lama-lama temenin Tante, atau kamu udah ada janji malem mingguan.”
“Saya nggak punya pacar kok Tante, nggak kayak Bima ama yang lainnya.”
Sambil terus duduk berdekatan, tiba-tiba kepala Tante N bersandar pada
bahuku dan bertanya, “Dek, Tante mau tanya apa Bima pernah cerita
nggak kalo ayahnya punya istri lagi yang jauh lebih muda dari Tante,
usianya sekitar 25 tahunan lah.”
“Masa sih Tante, keliatannya Tante sama Om mesra-mesra aja!”
Ketika
tangan Tante N bergeser untuk bertumpu pada pahaku, secara tidak
sengaja menyentuh adikku yang sejak tadi makin mengeras saja dan
membuatku berteriak kecil, “Ah..” Sambil Tante N memandangku yang
tertunduk malu dengan wajah sendu dan sensual, Tante N kembali
bertanya, “Dek, kamu udah pernah berhubungan seksual belum?”
“Be..be..be..lum pernah Tante!”
“Mau nggak Tante ajarin? sebagai ganti kamu ngajarin piano sama Tante.”
Saya diam seribu bahasa, dan tiba-tiba bibir Tante N telah menyerbu
bibirku secara bertubi-tubi sambil lidahnya terus berusaha menjilat dan
meracau, “Ah..ah..ah..” Sambil terus mencium bibirku, tangan Tante N
terus meremas telinga dan rambutku.
Tiba-tiba Tante N berkata, “Dek! kita pindah ke kamar yuk..”
Sambil bibir kami terus berpagutan, kami pindah ke kamar tidur dan
langsung merebahkan badan dengan badanku ditindih Tante N. Selanjutnya
Tante N segera melucuti baju tidurnya dan membentanglah suatu
pemandangan indah, payudara yang proporsional (kira-kira 36B)
denganputing warna merah maron dengan dibungkus kulit putih yang mulus
tanpa cacat, dan yang lebih lagi adalah selangkangan dengan bulu-bulu
hitam yang tidak begitu lebat dengan belahan merah muda yang mempesona.
Dalam keadaan masih bengong, tiba-tiba tangan Tante N menarik tanganku
danlangsung dibimbingnya ke arah payudaranya. Tanpa menyia-nyiakan
waktu, saya langsung meremas dengan halus sambil memilin puting susunya
yang makin tegak dan mengeras.
“Ah.. ah.. ah.. terus Dek, buat
Tante puas Dek..” Sambil terus meracau Tante N segera melucuti seluruh
bajuku, dan mulai meraba-raba daerah selangkanganku serta mulai meremas
adikku yang terasa nikmat sekali.
“Punya kamu besar juga ya Dek”
“Boleh nggak Tante jilatin biar makin besar?”
“Emangnya Tante mau gitu..?”
Lansung posisi Tante N berubah dan mulai turun perlahan dengan terus
menjilati tubuhku, dari leher, dada, perut, dan tiba-tiba kurasakan
cairan hangat mulai membasahi batang dan kepala adikku. Dan ketika saya
memberanikan diri untuk melihat, rupanya kemaluanku sedang dijilati
Tante N, kadang-kadang dikulumnya sambil kurasakan kepala kemaluanku
menyentuh ujung kerongkongan Tante N.
Tiba-tiba Tante N merubah
posisinya, sambil terus mengulum dan menjilat kemaluanku, Tante N
memutar badan dengan selangkangannya menghadap wajahku. Terlihatlah
suatu pemandangan indah, bulu hitam dengan belahan merah dan segumpal
daging merah kecil yang berkilau. “Jilat Dek, jilat Dek,” pinta Tante
N. Tanpa sungkan-sungkan dan membantah, langsung saja kuarahkan lidahku
untuk menjelajah sambil terus menghirup harumnya kemaluan Tante N yang
bagaikan candu itu.
Usai kegiatan saling menjilat, Tante N segera
berbaring dan memintaku untuk bangkit sambil tangannya terus
menggenggam adikku dan dituntunnya ke arah kemaluannya. “Masukkan Dek,
masukkan Dek!” pinta Tante N, seperti anak kecil yang sedang
merengek-rengek. Sesuai permintaanku, segera Tante N menekan tubuhku
hingga adikku terarah dengan sempurna, dan terasalah suatu rasa yang
sensasional ketika kulit kemaluanku bersentuhan dengan dinding kemaluan
Tante N yang sudah basah dengan cairan hangatnya. “Ah.. ah.. ah..”
suaraku dan suara Tante N memecah kesunyian dandinginnya malam. Sambil
saya terus memompa Tante N tidak lupa saya meremas-remas seluruh tubuh
Tante N yang memelukku dengan goyang pinggul yang seirama.
Tanpa
berkata apa-apa, Tante N membantingku dan tiba-tiba Tante N telah
menduduki tubuhku dan mulai bergerak turun naik memutar. Saya semakin
takjub saja melihat kedua payudara Tante N seperti bergejolak untuk
memuntahkan isinya. Sambil kami terus meracau dengan kata-kata yang
menunjukkan kepuasan, Tante N memintaku untuk membalikkan badannya ke
posisi semula sambil memintaku untuk memompa lebih cepat. Lalu
kurasakan kemaluanku semakin berdenyut dan kemaluan Tante N juga
kurasakan hal yang sama. Tidak lama kemudian tubuh kami mengejang, dan
seperti di komando kami berteriak, “Ah.. ah.. ah..” sambil dari
kemaluanku kurasakan keluar cairan nikmat dengan denyut kenikmatan dari
dalam kemaluan Tante N dan kami saling berpelukan dengan erat sambil
terus menikmati kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata.
Usai adegan yang tak mungkin kuhapuskan dari ingatanku, Tante N bertanya, “Kamu suka Dek? Mau kan lain kali kita ulangi lagi.”
“Mau Tante.. kapan pun Tante mau, saya akan meluangkan waktu untuk Tante.”
Tidak lama kemudian kami tertidur sambil terus berpelukan hingga keesokan harinya.
Rekan-rekan
pembaca, usai kejadian itu kami masih terus melakukan affair. Hal ini
berakhir ketika saya menikah 4 tahun yang lalu. Beliau berkata, “Jangan
hianati istrimu, karena Tante sudah merasakan bagaimana dihianati
suami.”
Sampai sekarang kami masih berhubungan baik,
bersilaturrahmi dan saling memberi spirit di saat kami merasa jatuh.
Saya sangat menghormati hubungan ini, karena pada dasarnya saya sangat
menghargai Tante N sebagai istri dan ibu yang baik. Tamat.
[Read More...]
3 Rondeku Yang Luar Biasa
Sejak
aku mengetahui alamat ini tujuh bulan lalu, hampir semua cerita aku
baca, terutama yang merupakan kisah nyata. Karena itulah aku tergerak
untuk mencoba menceritakan pengalamanku. Aku (sebut saja Aswin), umur
hanpir 40 tahun, postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang
Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah lumayan (kata ibuku),
kulit agak kuning, seorang suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah
Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku.
Cerita yang aku paparkan
berikut ini terjadi hari Senin. Hari itu aku berangkat kerja naik bis
kota (kadang-kadang aku bawa mobil sendiri). Seperti hari Senin pada
umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang,
atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak
pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya
aku mendapatkan bis.
Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana
kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di bangku dua yang sudah
terisi seorang wanita. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda
kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya aku
menganggukkan kepala pada teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan
aku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong,
aku ingin menegur wanita di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup
dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar
jendela atau sesekali menunduk.
Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya.
“Mmacet sekali ya?” katanya yang tentu ditujukan kepadaku.
“Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana?” sambutku sekaligus membuka percakapan.
“Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah,” jawabnya.
Belum sempat aku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan,
“Kerja dimana Mas?”
“Daerah Sudirman,” jawabku.
Obrolan
terus berlanjut sambil sesekali aku perhatikan wajahnya. Bibirnya
tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya
tampak menonjol, kenyal menantang. Aku menelan ludah. Kuperhatikan
jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih
terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya
keketahui ia (sebut saja Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan
seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya umurnya hanya dua
tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena
waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa
kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang
berbisik ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh
lengan kiriku dan di dadaku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku
sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya. “Pacaran asyik ya
Mas?” tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke
lenganku. Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan
kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. “Kepingin ya?” jawabku berbisik
sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi
mencubit pahaku.
Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M,
berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. Aku bawakan tasnya
yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan
yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan aku
belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor
matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor
untuk minta cuti sehari, kami berangkat.
Sesampai di kamar
hotel, aku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden
jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan
menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Mamah tak tampak,
ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak lebih
kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, takut
(kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti. Tiba-tiba terdengar suara
tanda kamar mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser dan
sepatunya. Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan
jiwaku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di
dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua
gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku hanya
bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah.
Mungkin ia
tahu kalau aku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke
ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke
mukaku, “Mas..” katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan
badan di bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah menahan nafsu
sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami larut dalam
lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga
posisi kami bergantian atas-bawah. Kudekap erat dan kuelus punggungnya
terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku,
karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas
sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku melepas bajuku, takut kusut atau
terkena lipstik. Kini aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong
memandangi CD-ku yang menonjol. “Lepas aja bajumu, nanti kusut,”
kataku. “Malu ah..” katanya. “Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita
berdua,” kataku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya. Dia
menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan aku membuka semua
kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH
dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia
mendekapku erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh susunya,
nafsuku naik lagi satu tingkat, “burung”-ku tambah mengencang.
Dalam
posisi begini, aku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat
di depan bibirku. “Ach.. uh..” hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Mulai terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan kuping
kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi
gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kulakukan
tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras. “Mas.. Mas.. geli Mas,
enak Mas..” Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan
elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol,
naik-turun.
Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan.
Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja aku
belum melepas BH, karena aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam,
apalagi susunya besar dan keras seperti ini. Jilatanku kini sampai di
lipatan susu itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali aku
gigit lembut. Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini tanganku meraih
tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh, “Mas.. jangan, aku malu,
soalnya susuku kegedean,” sambil kedua tangannya menahan BH yang
talinya sudah kelepas. “Coba aku lihat sayang..” Kataku memindahkan
kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat susu yang
kencang dan besar. “Mah.. susumu bagus sekali, aku sukaa banget,”
pujiku sambil mengelus susu besar menantang itu. Putingnya
hitam-kemerahan, sudah keras.
Kini aku bisa memainkan gunung
kembar sesukaku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu
kugesek-gesek dengan kumisku, Mamah kelojotan, merem melek, “Uh.. uh..
ahh..” Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah
selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana. Kuusap perlahan
dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Mamah terus mengaduh
sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini
kulakukan tahap demi tahap dengan perlahan. Pertimbanganku, aku akan
kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan
tujuan agar Mamah punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya.
Kuplorotkan celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua pahanya
dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.
Kupikir dia sama saja
denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu.
Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini
jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya.
Perlahan dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai basah meski
belum becek sekali. Ketika jari tengahku mulai masuk, Mamah mengaduh,
“Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..!” Kuraih tangan Mamah ke arah
selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa
dengan suami hanya melakukan apa yang diperintahkan saja). “Mas.. keras
amat.. Gede amat?” katanya dengan nada manja setelah meraba burungku.
“Mas.. Mamah udah nggak tahan nikh, masukin ya..?” pintanya setengah
memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia
menariknya ke arah vagina. Aku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur,
sementara Mamah sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan
mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak menantang.
Ketika
kurapatkan “senjataku” ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap
dan kedua kakinya diangkat. “Mas.. pelan-pelan ya..” Sambil memejamkan
mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja
dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk.
Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini
kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. “Sret.. sret..”
Mamah mengaduh, “Uh.. pelan Mas.. sakit..” Kutarik mundur sedikit lagi,
kumasukkan lebih dalam, akhirnya.. “Bles.. bles..” barangku masuk
semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik, “Mas..
enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku..” Begitu
berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa
maksud kata “suami”.
Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat
matanya putih, “Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar..” tangannya
mencengkeram rambutku. Aku hentikan sementara tarik-tusukku dan
kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara
kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang
menggigil. Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari
vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap
burungku, juga bibir vaginanya. Lantas kutancapkan lagi. Kembali
kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak meninggikan posisiku
sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan
seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah, mungkin senggamanya
selama ini tak menyentuh bagian ini. Setiap kali gerakan ini kulakukan,
dia langsung teriak, “Enak.. terus, enak terus.. terus..” begitu
sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata. “Aduuhm Mas..
Mamah keluar lagi niikh..” teriaknya yang kusambut dengan mempercepat
kocokanku.
Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa. Memang
begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri aku tidak seperkasa
ini, padahal aku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu
yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam aku lakukan
adegan ranjang ini. Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat
kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir. Tekan, tarik, posisi
pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding
vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa
senut-senut,
“Mah.. aku mau keluar nikh..” kataku.
“He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga.. Mas.. terus.. terus..”
“Crot.. crot..” maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh
vaginanya dengan maniku dan cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini
dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu
untukku dan tiga untuk Mamah.
Setelah bersih-bersih badan,
istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol
tentang keluarganya lebih jauh. Mamah semakin manja dan tampak lebih
rileks. Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung
kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahaku akhirnya
burungku bangun lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah. Dia
menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan akhirnya burungku yang
sudah tegang dijilatinya dengan rakus. “Enak Mas.. asin gimana gitu.
Aku baru sekali ini ngrasain begini,” katanya terus terang. Tampak
jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan. “Ah..”
lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri
dengan dengkul sebagai tumpuan. Tiba-tiba kepalaku yang sedang
menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mamah
mengangkangiku.
Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku
terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri
tepat di bawah selangkangannya. Dengan memejamkan mata, “Mas.. Mamah gak
tahaan..” Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia
menurunkan pantatnya. Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir
vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan,
benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih sempit. Vagina terasa
penuh dan terasa gesekan dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya
tidak terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua ini. “Aduuh..
Mas, enak sekali Mas. Aku nggak pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami
istri kan?” lalu.. “Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh..”
katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke susunya. Kuelus, lalu
kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun
pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme.
Akhirnya Mamah
menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi aku di
bawah, aku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks.
Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai
keinginannya. Adegan aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30
menit. Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua kali. Sebagai
penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat
sekujur tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot burungku.
Setelah kami masing-masing melap “barang”, kumasukkan senjataku ke
liang kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping ranjang.
Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku. Aku
sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua. Kumulai dengan
memasukkan burungku secara perlahan. “Uuh..” hanya itu suara yang
kudengar. Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama makin
cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil nafas, lalu cepat lagi.
Begitu naik-turun, diikuti suara Mamah, “Hgh.. hgh.. ” seirama dengan
pompaanku.
Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, “Uhgh..” Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.
“Mah.. aku mau keluar nikh..”
“Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus..” Dan akhirnya jeritan..
“Aaauh..” menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup
yang lebih kuat merapat di bibir vagina, “Crot.. crott..” Aku rebah di
atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis
seperti ronde kedua tadi.
Pembaca, ini adalah pengalaman yang
luar biasa buat saya. Luar biasa karena sebelumnya aku tak pernah
merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini. Setelah itu kami
tidak pernah bertemu lagi, meski aku tahu alamatnya. Kejadian ini
membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling
nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali
saja dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi (dengan orang yang
sama), sensasinya atau getarannya akan berkurang. Aku kadang merindukan
saat-saat seperti ini. Selingkuh yang aman seperti ini. Tamat
[Read More...]
Ibu Diperkosa Anak Kandungnya
Namaku
Tini, usia 49 tahun, saat ini aku tinggal di kota Cirebon. Tetangga
kiri kananku mengenalku dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek
rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah naik Haji. Suamiku sudah
pensiun dari Departemen Luar Negeri. Kini ia aktif berkegiatan di masjid
Al Baroq dekat rumah. Aku pun aktif sebagai ketua pengajian di komplek
rumahku ini. Tetangga kami melihat keluargaku adalah keluarga harmonis.
Namun mereka bertanya-tanya, mengapa anakku masih kecil, masih berusia
satu tahun, padahal aku sudah berusia hampir 50 tahun. Aku bilang saja,
yah, maklum, rejeki datang lagi pas usia saya senja begini, mau diapakan
lagi, tidak boleh kita tolak, harus kita syukuri.
Sebenarnya aku
punya anak lagi, anakku yang sulung, laki-laki, dan saat ini mungkin ia
sudah berusia 26 tahun. Namanya Roni. Sebelum kelahiran anakku yang
masih bayi ini, Roni adalah anak tunggal. Sampai akhirnya aku usir dia
dari rumah ini dua tahun yang lalu. Dan sampai detik ini, suamiku, Beny,
atau orang akrab memanggil dia Pak Haji Beny atau Pak Ustad, ia belum
tahu alasan mengapa Roni meninggalkan rumah sejak dua tahun yang lalu
itu, jika suamiku bertanya padaku, aku terpaksa berbohong, bilang tidak
tahu dan pura-pura kebingungan. Walaupun aku tahu, karena akulah yang
mengusir Roni dari rumah tanpa sepengetahuan suamiku.
Cerita sedih
ini berawal ketika Roni yang selama 15 tahun kami tinggalkan hidup
dengan Neneknya di Cirebon, akhirnya kumpul bersama dengan kami layaknya
keluarga. Bisa aku tinggalkan selama 15 tahun karena aku dan suami
harus tinggal di Belanda. Saat aku dan suami ke Belanda, Roni baru
berusia delepan tahun, ibuku (nenek Roni) tidak ingin jauh dari Roni,
beliau mungkin takut Roni akan terbawa arus kehidupan eropa dan lupa
adat indonesia. Jadilah Roni tinggal di Cirebon bersama ibuku, lalu aku
dan suami tinggal di Eropa.
Lima belas tahun kemudian, aku dan
suami pulang ke tanah air, sebelum pulang aku dan suami menyempatkan
diri untuk naik haji. Setelah pulang menunaikan haji, aku dan suami
pulang ke tanah air dan pergi ke Cirebon. Tak kusangka anakku sudah
besar, ya Roni telah berusia 23 tahun. Kami lihat ia tumbuh menjadi anak
yang sangat soleh, santun dan lemah lembut.
Aku sangat berterima
kasih dengan ibu waktu itu, telah membuat Roni tetap menjadi anak yang
baik dan rajin beribadah. Beberapa bulan setelah kami berkumpul bersama,
ibuku (nenek Roni) meninggal. Kami sedih sekali waktu itu.Setelah itu
kami hidup sekeluarga bertiga.
Kehidupan keluarga kami sangat
sakinah mawadah dan rohmah. Aku bangga sekali punya anak Roni. Ia rajin
ke mesjid dan mengaji. Hal itu membuat aku dan suami selalu merasa
bahagia. Seakan-akan kami awet muda rasanya.
Kebahagiaan ini juga
mempengaruhi kemesraan aku dan suami sebagai suami istri. Walaupun kami
sudah tua, tapi kami masih rutin melakukan hubungan pasutri meski hanya
satu minggu sekali. Sampai suatu hari, suamiku mendapat tugas dari untuk
dinas selama tiga bulan di Qatar. Suamiku mengajak kami berdua (aku dan
Roni anakku) namun Roni yang sudah kerasan tinggal di Cirebon menolak
ikut, akupun karena tidak mau lagi jauh dengan anakku menolak ikut.
Akhirnya hanya suamiku sendiri saja yang pergi.
Hari-hari tanpa
suamiku, hanya aku dan anakku tinggal di rumah kami. Aku sibuk sebagai
ketua pengajian ibu-ibu dan memberikan ceramah kecil-kecilan setiap ada
arisan di komplek rumahku ini. Roni aktif sebagai remaja masjid di masji
Baroq dekat rumah. Terkadang karena aku sudah berusia hampir 50, aku
mudah merasa capek setelah berkegiatan.
Suatu siang aku merasa
sangat capek, sehabis pulang memberikan ceramah ibu-ibu di masjid. Aku
pun langsung tertidur. Saat aku tengah-tengah enaknya merasa nyaman
dengan kasurku, aku seperti merasa ada sesuatu yang membuat paha,
pinggang dan daerah dadaku geli dan gatal. Setengah sadar dan tidak
sadar, aku lihat Roni sedang berada di dekatku. Sambil setengah ngantuk
aku berkata, “Kenapa Ron? Mama capek nih…”
“Ga, ma, Roni tahu, makanya Roni pijetin, udah mama tidur aja”, balas Roni.
Aku senang mendengarnya, senang pula punya anak yang tumbuh dewasa dan baik seperti Roni. Oh terima kasih Tuhan.
Lama
kelamaan, aku mengalami hari yang sangat aneh, terutama setiap malam
saat aku tidur. Aku merasa, ada sesuatu yang menggelitik daerah
sensitifku, terutama daerah selangkanganku. Enak sekali rasanya, oh
apakah ini setengah mimpi yang timbul akibat hasratku sebagai seorang
istri yang butuh kehangatan suami. Ya, aku yakin karena aku ditinggal
suami saat aku lagi merasa kembali muda dan penuh gairah, makanya aku
sering sekali mimpi basah setiap malam. Mimpi yang rasanya sadar tidak
sadar, kenikmatannya seperti nyata. Ya, aku menjadi senang tidur malam,
karena ingin cepat-cepat mimpi basah lagi. Aku menduga ini adalah rejeki
dari Tuhan, agar gairahku sebagai istri tetap terjaga, dan kebutuhan
biologisku tetap tersalurkan walaupun hanya diberi mimpi basah sama
Tuhan. Oh… nikmat sekali. Aku membayangkan suamiku, Beny, yang
berhubungan denganku, oh nikmat sekali. Dan karena seringnya dikasih
mimpi basah oleh Tuhan, setiap pagi aku bangun aku merasa kemaluanku
selalu basah kuyup sampai celana dalamku basah total. Yah, jadinya aku
punya kebiasaan baru selalu mandi wajib setiap pagi. Yang aku takuntukan
hanya satu, takut saat aku mimpi basah, aku mengigau dan takut suara
mendesahku terdengar anakku Roni. Tapi saat aku liat dari gelagatnya
sehari-hari, nampaknya ia tidak tahu.
Sampai tiga bulan lamanya,
hampir tiap malam aku selalu mimpi basah, aku jadi heran. Apa
penyebabnya dari nutrisi yang kumakan atau kuminum sehari-hari ya? Hmm,
mungkin saja. Soalnya aku punya kebiasaan minum teh hijau sebelum tidu.
Kata dokterku itu baik untuk orang setua aku, apalagi biar selalu sehat
menjelang usia setengah abad. Akhirnya aku coba meminum teh hijau, saat
pagi hari, malamnya kucoba tidak minum.
Malam harinya, saat aku
tidur, ditengah asyiknya tidurku, dan gelapnya lampu kamarku. Aku merasa
perasaan mimpi basah mulai datang kembali, yah, mmh, rasanya ada yang
menggelitik kemaluanku, sesuatu yang lembut, oh, bergerak-gerak.
Selangkanganku pun ikut tergelitik hingga aku merasa ada sesuatu yang
membuat basah kemaluan dan selangkanganku. Lalu berbarengan dengan rasa
sensasi pada daerah kemaluanku, sesuatu yang lebut bergerak-gerak
menyentuh buah dadaku, bergantian, pertama yang kiri lalu yang kanan,
kemudian.. Aw!.. Ada rasa hisapan yang lembut hangat namun kuat pada
puting buah dadaku yang sebelah kanan. Oh enak sekali, terima kasih
Tuhan, jantungku mulai berdegup kencang, ini rasanya seperi nyata, yah!
Tiba-tiba aku merasa tertindih oleh seuatu, hisapan kenikmatan juga
tidak berhenti. Lalu ada sesuatu yang menusuk masuk ke liang kemaluanku
saat itu aku setengah sadar terbangun, dan aneh, rasa ini masih
kurasakan, setengah sadar aku jelas sekali ternyata memang ada sesuatu
yang menindihku, sekilas aku masih membayangkan ini suamiku, berikut
terdengar dari sesuatu itu suara perlahan yang serak, “ooohgh… Oogghh…”
Siapa
ini?! Astaghfirullah!! Saat aku tersadar penuh dan mataku terbelalak.
Dalam keremangan gelapnya kamar aku sadar bahwa seseorang telah
menindihku dan menyetubuhiku!! Lebih kaget lagi saat aku mendengar suara
seseorang yang menindihku itu berkata, “Maaah… Ayo ma… oughhgh… Uhhh…
mamahhh…”
Langsung kudorong dia kuat-kuat!
“Roni!! Kurang ajar!!! ASTAGHFIRULLAAH!!”
Roni langsung berlari keluar kamar, aku pun langsung mengejar sambil menangis penuh amarah.
“Roni!!”, bentakku.
“Maafin Roni Ma! Roni ga tahan!”, Roni pun menangis takut.
Aku tak kuasa bingung menghadapi perasaan ini, antara kalut, marah,
benci, jijik, sedih dan takut. Hingga terucap kata-kata yang langsung
keluar dari muluntuku, “Keluar dari rumah ini!!! Kamu bukan anak mama!!!
Setan kamu! Binatang kamu ya!”
Roni keluar rumah berlari. Aku
duduk lemas menangis. Jadi, selama tiga bulan ini, baru aku sadari,
mimpi basah itu bukan hanya sekedar mimpi.
Semua mimpi itu nyata. Anakku!? Anakku sendiri yang melakukan ini padaku?!!
Selama
dua, tiga minggu aku tidak keluar rumah, bahkan semenjak kejadian itu
aku jatuh sakit. Sampai saat itu aku masih tidak habis pikir dan belum
lupa kejadian itu, dalam benakku terbesit, ya Tuhan, selama ini anakku
telah menodai aku, aku ibunya, selama ini anakku yang selalu rajin
beribadah ternyata adalah setan yang mengumbar nafsunya pada tubuhku
yang mulai renta ini… Dosa apa hamba, ya Tuhan!?
Saat aku menerima
sepucuk surat yang dikirim oleh Roni, tanpa alamat jelas, ia berkata
meminta maaf pada ku, ia mengakui bahwa ia sudah mulai tertarik secara
seksual denganku sejak aku bertemu lagi dengannya, ia bilang aku cantik
dan menarik, ia mengaku telah memberi obat tidur pada teh hijau yang
selalu aku minum tiap malam agar aku teler dan tidak sadar saat ia
memperkosaku… Pantas saja! Pantas ia selalu bermuka manis menyiapkan teh
hijau tanpa kuminta terlebih dahulu. Ternyata selama ini anakku adalah
Iblis laknat yang merusak semuanya. Roni pun berkata pada akhir
suratnya, bahwa ia tidak lagi akan pulang ke rumah, ia malu dan merasa
bersalah.
Membaca surat itu, aku merasa benci sekali! Ya, “Kamu bukan anakku!”, Kurobek dan kubakar surat itu.
Sebulan
kemudian, tepat saat dua minggu sebelum suamiku pulang, aku merasa
pusing dan mual. Ya Tuhan, masa sih aku hamil!? Tidak! Ini tidak
mungkin!! Aku pun memastikan dengan membeli dan menggunakan tes
kehamilan, berdebar-debar aku melihat hasilnya. ASTAGHFIRULLAH! Aku
positif hamil! Tidak! Aku menggandung anak dari anakku sendiri!
Aku
pun lemas dan sempat sedikit pingsan. Aku menangis tiada
henti-hentinya. Apa yang harus kukatakan pada suamiku nanti? Apa yang
akan tetangga bilang jika tahu aku ini seorang bu Haji yang hamil hasil
hubunganku dengan anak kandungku sendiri? Apa yang akan terjadi! Apa
lebih baik aku mati saja!! Tidak aku tidak mau mati! Itu dosa!
Lalu,
saat suamiku pulang, aku tutupi semuanya yang telah terjadi selama tiga
bulan ini. Aku pura-pura menangis karena Roni belum pulang-pulang sudah
dua minggu. Lalu aku dan suami sempat lapor ke polisi. Di tengah-tengah
itu, aku juga pura-pura merasa kangen dengan kedatangan suamiku dan
mengajaknya melakukan hubungan suami istri sesering dari biasanya.
Suamiku heran, namun ia maklum, ya yang pikirnya, biasanya aku dan dia
berhubungan seminggu sekali, ini tidak melakukannya dalam tiga bulan
lamanya. Sudah pasti wajar jika aku selalu minta berhubungan terus.
Dua
minggu setelahnya, aku mengaku hamil. Suamiku kaget, loh, khan
menggunakan kondom? Kok bisa. Aku bilang saja, mungkin saja jebol. Khan
wajar karena kondom tidak akurat 100%. Suamiku pun mengangguk setuju.
Cuma ia hanya khawatir apakah aku tidak apa-apa umur segini hamil lagi.
Akupun meyakinkan dia tidak apa-apa, walaupun hatiku meringis dan
menangis karena mengingat bayi ini hasil hubunganku dengan anakku.
Tidak! Anakku yang memperkosa aku!!!
“Ma”, sapaan suamiku menyadarkan aku dari lamunanku tentang masa lalu. Aku lihat suamiku sudah siap berangkat ke masjid.
“Ma, aku pergi ke masjid dulu ya, mama biar jaga si kecil yah”, pamitnya.
“Iya pa”, jawabku.
Ya,
si kecil ini telah lahir ke dunia. Saat ini ia berada di pangkuanku.
Kuperhatikan wajahnya. Mirip sekali dengan Roni, anakku… Oh bukan… Ayah
dari anakku.
[Read More...]
Ibu Yang Menggairahkan
Namaku Ikin. Umurku sekarang 18 tahun dan Ibuku berumur 38 tahun.
Ibuku Sangat cantik dan seksi layaknya gadis umur 25 tahunan. Dia
pandai merawat tubuhnya. Kulitnya yang putih mulus, buah dada yang
besar dengan putingnya yang kecoklatan, dan juga kakinya yang jenjang
dan seksi. Aku tak mengerti mengapa memandang ibuku seperti itu, tapi
aku dapat memastikan setiap laki-laki yang melihat ibuku pasti ingin
memilikinya.
Ayahku pengusaha sukses yang sangat sibuk, Ia biasa bepergian ke luar
kota bahkan ke berbagai negara untuk mengurus bisnisnya. Dia
memberikan semua kebutuhan kami seperti rumah yang sangat besar
dengan taman yang luas, juga sarana olah raga di rumah.
Ceritanya bermula ketika usiaku 15 tahun dan ibuku 35 tahun. Suatu
hari kulihat ayahku sedang bersiap-siap untuk perjalanan bisnisnya
selama kurang lebih dua minggu. Ketika akan berangkat, dia berpesan
agar menjaga rumah dan ibuku, dan agar jangan macam-macam sehingga
menyusahkan ibuku, selama ayah keluar kota.
Hari itu berlalu seperti biasanya tanpa sesuatu hal luar biasa yang
terjadi. Kesokan harinya cuaca sangat panas dan kering, lebih panas
dan kering dari biasanya karena saat itu lagi puncaknya musim
kemarau. Kebetulan waktu itu lagi libur semesteran jadi aku tidak ke
sekolah. Ketika keluar dari kamarku, kucari ibuku ke tempat biasanya.
Kulihat ibuku di kolam renang mengenakan bikini yang belum pernah
kulihat sebelumnya. Ketika kulihat dadanya yang seperti mengambang di
air, kurasakan burungku mulai mengeras. Begitu melihatku, dia
menyuruhku mengambil sarapan yang telah disiapkan di dapur.
Ketika aku didapur, ibuku selesai dari kolam renang kemudian
membersihkan badannya di kamar mandi. Kucoba untuk mengintipnya, tapi
pintu kamar mandi terkunci rapat. Aku pergi ke ruang tengah sambil
tetap membayangkan goyangan dadanya dengan air bercucuran sampai ke
kaki jenjangnya yang seksi.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian dia menghampiriku ke ruang
tengah dan aku tak dapat membuang bayangan tubuh ibuku yang sangat
menggairahkan.
Jam 11 siang ketika sedang nonton tv, ibuku bilang akan tidur siang.
Aku berharap dia akan mengajaku tidur bersama di sampingnya. Ketika
berjalan menaiki tangga, kulihat goyangan pinggulnya yang membuat
burungku mengeras lagi.
Jam 12 siang aku bermaksud tidur siang. di kamarku aku tidak bisa
tidur karena cuaca yang tidak enak, dan aku tak bisa membuang
lamunanku tentang tubuh indah ibuku. Aku pegang burungku yang sudah
sangat keras dan kukocok-kocok sambil membayangkan goyangan dada
ibuku waktu di kolam renang.
Setelah selesai, kucoba untuk tidur kembali, tetapi meskipun mata
terpejam tetap tidak bisa tidur. Burungku masih sangat keras. Aku
tidak tahu harus berbuat apa. Aku sangat menginginkan ibuku.
Aku keluar kamarku memakai celana pendek, kemudian ke kamar ibuku.
Pintunya terbuka. Dia tidur tengkurap dengan kedua kakinya agak
terbuka. dia memamakai celana kolor tapi masih menutupi pantatnya.
Ibuku kalau tidur seperti orang mati, susah bangunya, tapi aku takut
sekali.
Aku mulai mengelus-ngelus burungku yang masih dalam celana pendekku.
Aku merasakan sesuatu yang nikmat sekali, sampai aku tak tahan lagi.
Aku berdiri di samping ranjangnya dan kusemprotkan seluruh maniku
disekujur kaki jenjangnya. Aku melenguh dan mendesah perlahan sekali,
Aku merasa takut sekali kalau dia terbangun karena cucuran maniku
yang panas di sekujur kakinya. Aku kembali ke kamarku, tak dapat
kupercaya kusemprotkan maniku ke tubuh ibuku. Aku merasa berdosa
sekali, kemudian aku tertidur lelap.
Paginya deg-degan aku sudah siap-siap akan kemarahan ibuku, tapi kok
ya.., tidak apa-apa, sepertinya dia tidak menemukan bekas maniku pada
saat dia bangun. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan
melakukan itu lagi, karena dia adalah ibuku. Sepanjang siang itu
sikap ibuku biasa-bisa saja seperti tidak ada apa-apa. Kupikir dia
tahu tapi dia menyukainya, entahlah…, Atau maniku telah mengering
waktu dia bangun.
Dua malam kemudian burungku tegang lagi. Malam itu adalah malam
terpanas pada musim kemarau tsb. Aku tak bisa tidur lagi, kulihat
pintu kamar ibuku tertutup. Kupikir dia tahu apa yang telah kulakukan
dan dia menginginkanya lagi.
Kubuka perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara dan kemudian masuk ke
kamar ibuku. Kulihat ibuku tertidur hanya memakai celana dalam dan
BH. Tak dapat kupercaya mataku melihatnya setengah telanjang.
Kupegang burungku dan kukocok dengan keras, ketika maniku akan
keluar, kusemprotkan di selangkanganya dan di atas celana dalamnya.
cepat-cepat aku kembali ke kamarku. Kupikirkan apa yang telah terjadi
sampai aku terdidur.
Paginya masih seperti biasa ibuku tidak apa-apa. Aku masih penasaran,
tahu nggak sih kelakuanku, gimana caranya untuk meyakinkan hal itu?
Malam berikutnya aku ke kamar ibuku lagi, dia memakai celana dalam
dan BH saja, tapi kali ini tidurnya miring. Wah…, gimana caranya
ngocok nih. Aku mau kemut teteknya, mungkin dia akan membunuhku kalau
sampai terbangun. Kucoba untuk merabanya, waduh gimana caranya ya…,
aku gemetaran.., Kulihat ada vaseline di meja rias. Lalu kuambil dan
kuoleskan pada burungku. Lalu aku nekad akan kucoba gesek-gesekan
burungku ke ibuku.
Aku naik ke ranjang dan berbaring di belakangnya dan mulai mengesek-
gesekan burungku ke pantatnya. Dia masih tertidur, tidak bergerak.
Kuselipkan burungku lebih bawah lagi diantara kakinya dan mulai
kutekan-tekan. Sebenarnya aku takut dia bangun kalau aka kebanyakan
bergerak, tapi aku nggak tahan. Aku pompa burungku keluar masuk di
antara kakinya. Tak berapa lama maniku muncrat di antara kedua
kakinya dan sebagian meleleh kena vaginanya. Aku kembali ke kamarku
dengan pikiran dipenuhi bayangan vaginanya.
Paginya masih seperti biasa, ibuku tidak ngomong apa-apa, sehingga
menambah rasa penasaranku, masak sih dia tidak merasakan ada bekas
vaseline dan maniku di kakinya.
Kucoba untuk mengetesnya. Kutunggu di kamarku sampai jam 6 pagi. Aku
tahu persis ibuku selalu bangun jam 7 pagi setiap hari, aku ke
kamarnya dan menggesek-gesekan burungku di antara kakinya, butuh
waktu 30 menit untuk muncrat di kakinya, kemudian akau keluar tiduran
sambil menunggu apa yang akan terjadi.
Jam 7 pagi ibuku bangun terus mandi. Aku keluar kamar terus ke dapur.
Dia sedang sarapan dan bicaranya wajar seperti tidak ada apa-apa
sambil mencuci piring. Aku ke kamar mandinya, kulihat celana dalamnya
basah kuyup oleh maniku. Sekarang akau yakin sekali, ibuku tahu
kelakuanku. Malah aku jadi bingung sendiri, soalnya ibuku tidak
memperlihatkan perubahan apapun. Dia pergi ke supermarket dan kembali
tiga jam kemudian. Aku masih memikirkan apa yang akan kulakun dengan
ibuku malam ini.
Kita nonton TV, kemudian ibuku bilang akan pergi tidur. Kutunggu
hampir 2 jam, biar dia tidur nyenyak dulu. Kemudian masuk kamarnya
dan kulihat dia tidur berselimut. sialan.., rupanya dia tidak suka
aku kerjain. Aku sudah tegang banget, kuambil vaseline kuoleskan ke
burungku kemudian akau naik keranjang. Dia tidur tengkurap dengan
kakinya terbuka sangat lebar. Kucoba singkap selimutnya agar bisa
mengocok di antara kakinya.
Ketika kusingkap selimutnya, jantungku hampir berhenti berdenyut, dia
telanjang bulat! Aku lihat vaginanya dengan jelas dan bibir vaginanya
kelihatannya begitu hangat. Dengan tangan gemetaran kusentuh
vaginanya perlahan kemudian kuusap-usap dengan lembut.
Lama-lama vaginanya semakin basah, kemudian kutarik kedua kakinya
berlawanan sehingga kakinya semakin membentang lebar.
Tiba-tiba dia bergerak, posisinya menjadi miring membelakangiku. Tapi
kedua kakinya masih terbuka lebar. Aku berbaring di belakangnya dan
mulai mengocokkan burungku di antara kakinya dan kucoba menyentuh
vaginanya. Dia tidak bergerak ketika perlahan-lahan burungku masuk
makin dalam ke vaginanya. Aku mulai memompanya keluar masuk perlahan-
lahan, kudengar dia mendesah kayaknya sedang mimpi.
Aku nggak tahan lagi, sehingga kocokanku semakin keras dan cepat.
Kurasakan cairan di vaginanya semakin deras. Aku juga merasakan sudah
waktunya akan orgasme, tiba-tiba dia melepaskan burungku dari
vaginanya sehingga maniku berhamburan di bibir vaginanya. Kemudian
dia tidur lagi telentang dengan kedua kakinya dirapatkan.
Kulihat kedua teteknya yang besar. Kemudian kujilat dan kuhisap-
hisap. Ibuku mendesah-desah ketika kuhisap putingnya. Aku mulai
menggesek-gesekan burungku lagi dan air maniku berceceran di antara
teteknya. Aku kembali kekamarku dan sulit kupercaya apa yang telah
terjadi aku telah ngentotin ibuku. Kemudian aku tertidur dengan
nyenyak sekali.
Pagi harinya kulihat ibuku memakai daster. Kulihat juga puting
susunya di balik dasternya yang tipis. Dia tidak ngomong apapun
tentang semalam. Heran.., kenapa dia melepaskan vaginanya sebelum aku
orgasme. Aku masih takut-takut untuk mulai ngomong denganya.
Siangnya ibuku pergi dengan temannya untuk menghadiri pesta
perkawinan. Jam 11 malam baru pulang, mungkin jalan-jalan dulu. Dia
bilang sangat lelah sekali dan ingin tidur dengan nyenyak. Ketika
ngomong begitu dia tersenyum manis sekali kemudian menciumku dan
bilang selamat malam. Kutunggu hampir 1 jam, kemudian kulepas semua
pakaianku kemudian kekamar ibuku, pintunya terbuka.
“Wwaaw..!, Dia tidur telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi
tubuhnya. Tidurnya telentang dengan kedua kakinya terbuka sangat
lebar. Aku berlutut di antara kedua kakinya dan mulai mengelus-elus
vaginanya dengan tangan sebelahnya kuusap-usap putingnya. Vaginanya
semakin basah saja dan burungku semakin keras. Kuarahkan burungku ke
vaginanya, “Hmm…, nikmatnya”, dan dia kudengar mendesah juga.
Kurasakan otot vaginanya meremas-remas burungku sehingga aku mulai
memompa lebih cepat dan keras. Aku hisap putingnya juga. Ibuku
terbangun!, dengan suaranya yang perlahan nyaris tak terdengar dia
bilang, “Oh.., Ikin apa yang kamu lakukan?, aku ibumu”.
“Aku sangat mencintaimu Mam dan aku akan ngentotin Mami jika Mami
menginginkanya juga”
Kemudian dia bilang sambil mendesah, “Ok, tapi jangan semprotkan di
dalam, Aku tak mau dihamili anaku sendiri”.
Ketika kudengar itu, kugenjot semakin keras dan keras.
Dia bilang, “Oh Kin, Yang keras lagi dong. Mami suka burung besarmu.
Oooh.., Mami mau sampai, Kin, Mami…, ssaammpppaaii…”
Kugenjot tambah keras lagi. Kurasakan aku mau sampai juga.
“Aku ingin semprotkan di dalam Mam, Akan kusemprotkan semuanya di
dalam.”
“Jangan kin…, tolong jangan…, Mami tidak pakai kontrasepsi…,
ntar Mami hamil anakmu”
“Nggak bisa Mam, aku sangat menginginkanya. Sekaranghh Mam…, Mam
aku sampai”
“Kin manimu panas sekali, Mami suka sekali sayang.”
“Tapi.., iyer.., terus sayang.., teruskan..,a..aahh”
Ternyata dia sangat menyukainya, so kita ngentot tiap hari sampai
ayahku pulang.
Setelah itu, kita selalu tidur sekamar kalau ayah keluar kota lagi.
Sekarang umurku 18. Ibuku 38 dan kita masih ngentot terus. Ibuku
hamil, tapi dia putuskan untuk mengugurkannya karena dia tidak ingin
punya bayi dariku. Tapi dia bilang, boleh ngentotin dia terus kalau
ayah bepergian.
[Read More...]
Mama Di Taman
Mama saya, seperti kebanyakan wanita wanita lain, sangat senang dengan
tanaman. Di usia nya yang separuh baya, hampir sebagian waktunya
dihabiskan
untuk mengurusi bunga-bunganya yang nyaris memenuhi seluruh halaman
rumah
kami yang luas. Setiap sore mama selalu berada di halaman belakang,
terbungkuk - bungkuk merawat bunga-bunga kesayangannya. Jika liburan
begini,
biasanya sepanjang sore kubahiskan waktu untuk memperhatikan Mama.
Terus
terang, saya senang sekali mencuri - curi pandang pada gundukan
payudaranya
yang hampir menyembul dari belahan dasternya, pahanya yang sekali-
sekali
tersingkap jika Mama menungging, atau memeknya yang membayang dari
celana
dalamnya yang jelas terlihat sewaktu Mama berjongkok.
Sewaktu waktu, dengan tidak sengaja, Mama membungkuk kearah ku yang
lagi
asyik duduk di gazebo. Kedua belah payudaranya yang tanpa beha hampir
seluruhnya keluar dari leher dasternya. Kedua putting payudaranya
jelas-jelas terlihat. Mungkin karena gerah, Mama tidak mengancingkan
hampir
separo kancing dasternya. Aku hanya bisa melongo, batang kontolku
langsung
ereksi, kalau nggak cepat cepat aku ngacir, mungkin Mama bisa melihat
separo
batang kontolku yang udah keluar dari pinggang celanaku.
Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Nggak sengaja Mama
memberikan
tontonan yang membuatku terangsang berat. Seperti biasa aku sedang
duduk
duduk di gazebo, bertelanjang dada seperti biasa, aku hanya memakai
blue
jeans ketat kegemaranku. Sambil mengembalikan kesadaranku, maklum
habis
tidur siang, aku menemani Mama di halaman belakang. Sambil ngobrol
mengenai
acara wisudaku, Mama asyik dengan bunga-bunganya. Entah kenapa,
mungkin
karena keasyikan ngobrol, Mama nggak sengaja jongkok tepat di depan
mataku.
Walaupun sedikit tertutup dengan tumpukan pupuk, dan ranting ranting
daun,
aku jelas - jelas melihat gundukan memeknya, mulus tercukur tanpa satu
helai
rambut. Ya ampun, mungkin Mama lupa memakai celana dalam !!!. Kontan
aku
jadi terangsang luar biasa. Saking terpananya, aku nggak peduli lagi
sama
batang kontolku yang udah menerobos keluar, menjulang gagah sampai ke
atas
pusarku. Aku baru sadar sewaktu Mama terbelalak melihat kontolku.
Jelas-jelas saja Mama kaget, saking panjangnya,kontolku kalo lagi
ereksi
bisa sampe ke ulu hati.
Dengan wajah merah karena jengah, aku bangkit dan ngacir ke gudang
belakang.
Di tengah kegelapan ku buka resluiting jensku dan mulai mengocok
kontolku.
Tiba tiba pintu terbuka, membelakangai sinar matahari sore - Mama
berdiri di
pintu, tangan kanannya masih memegang sekop kecil. Mama menatap kontol
raksasaku, dan jembutku yang lebat, kemudian menatap wajahku dan
badanku
yang kekar. Aku hanya bisa melongo, tanpa berusaha menghentikan
kocokan ku.
“Ya ampun !”, hanya itu yang keluar dari mulut Mama, entah apa yang
dia
maksudkan. Ku kocok sekali lagi kontolku, membiarkan Mama melihat
kedua
tanganku yang menggenggam erat pangkal dan ujung kontolku yang mulai
memerah.
Ku kocok lebih cepat lagi, sementara tangan kananku menarik celana
dalamku
ke bawah, biar Mama melihat kedua biji kontolku yang bergerak ke sana
ke
sini seirama kocokanku pada batang kontolku.
Terpana oleh pemandangan di depan matanya, atau mungkin karena melihat
ukuran kontolku yang super besar, Mama beranjak masuk sambil menutup
pintu
gudang di belakangnya. Mama mendekatiku sambil mulai melepas satu
persatu
kancing dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata Mama
tidak
memakai beha. Kedua bulatan tetek-nya benar- benar membuatku
terangsang,
walaupun sudah turun namun ukurannya hampir sebesar melon. Minimnya
cahaya
yang masuk ke gudang membuat kedua pentilnya tidak jelas terlihat
warnanya.
Mungkin coklat
kehitaman. Aku hanya bisa berkata lirih , “Oh, Mama, tetek Mama benar-
benar
hot!!”.
Dengan beberapa langkah, aku kedepan menyongsong Mama, sambil tanganku
berusaha menggapai salah satu bulatan payudaranya. Sambil berjalan,
kontolku
tegak menjulang di udara. Aku benar - benar terangsang.
Ku peluk pinggang Mama, mulutku terbuka dan lidahku menjulur keluar.
Ujung
lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mama yang besar dan kecoklatan.
Astaga… kontolku serasa akan meledak. Tergesa gesa, Aku mengisap dan
meremas
teteknya yang lain dengan tanganku. Kontolku yang terjepit diantara
perutku
dan perut Mama tiba tiba mengeras lalu… cruttttttt cruttttttt
crutttttttttt.. semprotan demi semprotan kontolku meledak menyemburkan
cairan putih kental membasahi sebagian perut dan tetek Mama.
Tanpa perubahan ekspresi, Mama dengan tenang menggenggam batang
kontolku dan
meremas ujung nya, cairan maniku keluar lagi membasahi telapak
tangannya. Di
sela sela kenikmatan yang kurasakan aku hanya bisa menatap ke bawah,
air
maniku membasahi seluruh tangan dan lengan Mama, beberapa semprotan
jatuh ke
pangkal paha Mama.
Masih di tengah keremangan gudang, tanpa banyak kata-kata, Mama meraih
tanganku dan menggosok-gosokan ke memeknya. Terasa gatal tanganku
sewaktu
telapak tanganku bergesekan dengan permukaan memeknya yang dipenuhi
bulu-bulu pendek. Seumur hidupku baru kali inilah akud dapat melihat
memek
Mama dari dekat. Belum ada lima menit, aku keluar lagi, kali ini air
maniku
menyemprot tepat di
permukaan memeknya.
Kali ini Mama memandangku sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah.
Walaupun sudah dua kali aku keluar, batang kontolku masih keras,
bahkan
semakin keras saja, agak sakit jadinya. Mama semakin membuatku
terangsang
dengan belaian-belaian tanganku pada memek dan kedua buah payudaranya.
Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum tetek Mama sementara
tanganku
yang lain meremas remas tetek yang lain. Membelai dan memencet
pentilnya
yang mengeras. Kedua tangan Mama menggenggam batang kontolku dan aku
mendorong ke memeknya
Di tengah desisan-nya Mama melenguh ketika ujung kontolku menyentuh
memeknya. Di tariknya tanganku ke dalam. Mama kemudian duduk di bibir
bak
mandi dan kemudian mengangkang-kan pahanya. Ku himpitkan badanku ke
tubuh
Mama, wajahku ku susupkan dicelah kedua bukit payudaranya.
Ku hisap yang satu.. kemudian yang lain. Tangan Mama lagi lagi
mencengkram
batang penisku dan kemudian mendorongnya masuk ke dalam memeknya.
Kurasakan
hangat dan basah, dan kemudian kudorong dengan pinggulku, hampir
setengahnya, kemudian kurasakan sudah tidak bisa masuk lagi.
“Sshh…egh..!” Mama mendesis.
Aku mulai memompa kontolku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum
kedua
teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat aku memompa, dan
kemudian
terasa aku akan keluar lagi.
Mama mulai ikut memompa, menyambut tusukkan-ku. Menggelinjang dan
mengerang.
Tidak berapa lama kemudian Mama mengerang agak keras, dan aku bisa
merasakan
badannya tergetar sewaktu ia berteriak tertahan. Batang Kontolku
kemudian
menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental keluar dari
memeknya.
Aku masih terus bertahan memompa, dan kemudian, sewaktu aku merasa
akan
keluar, kudekap pantat Mama erat-erat dan ku benamkan batang kontolku
sedalam dalamnya. Kontolku kemudian meledak, semprotan demi semprotan
air
mani keluar, jauh didalam memek Mama. Separuh orgasme, kutarik keluar
dan
kukocok, air mani keluar lagi membasahi tetek Mama. Kugosok - gosokkan
ujung
penisku di kedua pentil nya yang membesar. Kemudian kutekan kedua
bulatan
payudara Mama dan menyusupkan batang kontolku di celah antara
keduanya.
Kugosok gosok kan terus sampai air maniku berhenti keluar. Mama
tersenyum,
dagu, leher dan dada Mama penuh dengan air maniku. Entah berapa banyak
air
mani yang kusemprotkan waktu itu. Pada semprotan yang terakhir, aku
melenguh
keras. Takut jika ada yang mendengar..Mama mendekap kepalaku di
dadanya.
Setelah itu kukenakan blue jeansku, sambil tersenyum malu aku keluar
dari
gudang itu. Sewaktu menutup pintu kulihat Mama mengguyur tubuhnya dan
mulai
menyabuni pangkal pahanya. Sungguh sexy dan aku terangsang lagi.
“Mandi
berdua dengan Mama ? Wow !” pikirku. Aku masuk lagi ke dalam. Mama
melihatku
mengunci pintu dan tersenyum kearahku penuh arti.
[Read More...]
Perselingkuhan Ratna
Sebagai
pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan
keluarga kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah.
Saya,
sebut saja Ratna (23), seorang sarjana ilmu pemerintahan. Usai tamat
kuliah, saya bekerja pada kantor pemerintah daerah di Solo. Kulit tubuh
saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran bra
34b.
Sementara, suami saya juga ganteng. Rio namanya. Umurnya tiga
tahun diatas saya atau 26 tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada
perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya pengertian dan sabar.
Soal
hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’
juga tidak ada masalah yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling
tidak dua kali sepekan, Rio menunaikan tugasnya sebagai suami.
Hanya
saja , jika hasrat saya sedang meninggi ,dan Rio menolak berhubungan
badan dengan alasan lelah , itu membuat saya kecewa. Memang saya akui
kalau soal yang satu ini , saya lebih agresive .
Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk.
Akibatnya,
tergolek disamping tubuh suami , dengan mata yang masih nyalang itu,
saya sering , menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di
kantor, tentang anak, tentang hari esok , sampai tentang ranjang.
Seperti
cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita
menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada
malamnya.
Kalau sudah begini , tanpa saya sadar , vagina saya
mulai berlendir . Untuk mengobati kekecewaan dengan suami saya , saya
melakukan mastubasi . Tak ada jalan lain , entah apa kah saya seorang
hypersex .
Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto
favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak
sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa
sepedamotor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya.
Namun,
pria itu marah-marah. “Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak
menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!”
bentak pria berkulit hitam , berperut buncit itu pada suami saya.
Kulihat
sorot matanya tajam memandang diriku . Ketika mataku sejajar dengan
matanya , aku menerima sinyal sinyal , aneh . Matanya seperti mengirim ,
sinyal birahi ke otakku . Aku segera menghindar , memalingkan mukaku.
Setelah
bernegosiasi dengan suamiku , Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya
akan memperbaiki semua kerusakan motornya. Sementara motor itu
dititipkan pada sebuh bengkel. Orang berperut buncit itu , yang kemudian
kita ketahui bernama Karyo , pun setuju .
Akhirnya kita
melanjutkan , perjalanan dan tiba dirumah . Entah kenapa , sosok Karyo
membayangiKu , dan membuatKu agak birahi . Aku masuk ke kamar mandi,
untuk mencuci muka , dan menganti pakaian .
Untuk mengoda suamiKu ,
aku mengenakan pakaian tidur tipis , tanpa bra . Lalu aku kembali ke
kamar tidur . Aku memerima kekecewaan , suamiku terlihat sudah tertidur
pulas .
Aku dengan membawa rasa kecewa , berbaring di samping
suamiku . mataku menerawang jauh . Tiba tiba ruangan tidurku menjadi
gelap , tubuhku kehilangan gaya gravitasi , seakan tubuhku melayang .
Dan
aku meresa sesak , tubuhku di himpit sosok bertubuh besar , aku
berusaha sekuat tenaga mendorongnya . Sosok itu mundur beberapa langkah ,
saat itu juga ruang kamarku kembali terang .
Kudapati Karyo ,
dengan mimik muka , penuh nafsu menghapiriku . Tubuhku bagai kehilangan
tenaga . Dia merambet baju tidurku , dan merobek begitu saja . Kemudian
tangan tangannya yang kasar , meremas buah dadaku , aku merasa sakit
sekali . “ lepaskan , tolong .. tolong… “ pekik panikKu .
Lidahnya
yang terlihat kasar , menjulur keluar , dan mengenai putting susuku .
Saat itu juga , getaran getaran birahi merasuk tubuhku . Aku mendesah
kenikmatan . Lidahnya turus berputar , memberi sensasi nikmat di puting
susuKu yang mulai membesar.
Tanpa kusadar , bagian bawah tubuhku
mulai berlendir . Lidah Karyo terus turun dan turun , pusar ku pun di
gelitik oleh lidah kasarnya . Lidah kasar itu tak bisa berhenti , dan
terus memberiku rasa yang sangat nikmat .
Makin kebawah , terus dan lidah itu mulai menjilati bagian paling pribadi di tubuhKu.
Aku mengerang , merasakan nikmat yang tidak pernah aku rasakan
sebelumnya . Lidah itu terus menjilati selangkangan celana dalamku .
Tapi rasanya lidah itu bersentuhan langsung ke klitorisku .
Aku
mendesah desah , dengan penuh nafsu . Pinggulku bergoyang seirama dengan
jilatan Karyo . Dan terus begitu , sampai tubuhku mengeram , kejang .
Aku menjerit sekeras mungkin “ Aghhh aku aku keluarrr “ .
Tubuhku
mengeliat , menikmati orgasme yang di berikan Karyo . Sesaat kemudian
Karyo , hendak menarik turun celana dalamKu . Saat itu aku teringat
suamiku tercinta . Segera Kakiku dengan kuat mendengan tubuhnya .
Karyo
hanya tersenyum , dan dia mengambil pentungannya . Pentungan yang
selalu dibawanya . Pentungan hitam sepanjang 60 cm , di hantam keras ke
perutku . Aku menjerit , menerima rasa sakitnya . Berkali kali Karyo
memukulku dengan pentungan itu . Sampai tubuhku terasa lemas .
Tak
bisa kulawan lagi , saat dia menarik turun celana dalamku . Matanya
jalang , menatap vaginaKu dengan bukit berbulu , yang sangat berlendir
itu . Dia segera membuka celananya dan aku bergidik .
Pak Karyo
tidak mempunyai penis . Yang tegak mengantung itu adalah pentungan hitam
yang di gunakan memukul tubuhku tadi . Aku menjerit jerit , ini monster
, bukan manusia . Karyo semakin mendekat , pentungan yang mengantung di
selangkangannya itu terus mendekat ke liang vaginaku . “ tolong ,
hentikan tolong , tolong “ jaritKu .
Dan tiba , tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di vaginaKu . Dan ruang kamarku menjadi terang benderang menyilaukan.
Aku terbangun dari mimpi yang aneh itu.
Peluh
membasahi tubuhKu . Kulihat suamiku masih terlelap . Perlahan Aku
beranjak dari ranjang , dan mengambil air minumku . Aku meminum segela
air , untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokanku .
Aku ke
kamar mandi , membuka celana dalamku , dan duduk di kloset . Aku
mendapati celana dalamku basah sekali , begitu juga vaginaku .
Jari
jariku menyentuh klitorisku , dan kembali sinyal sinyal birahi , aktif
di otakku . Jari jari ku terus bermain di klitorisku , tubuhku menerima
rasa nikmat . Terus dan terus , sampai aku mengejang , mencapai puncak
birahiKu di atas kloset itu.
Esoknya, setelah menjemput saya di
kantor, Suami saya mengajak saya mampir ke rumah Karyo . “ untuk apa ,
mas ? “ tanyaku . “ yah , kita silaturami saja , kan tak enak rasanya ,
aku telah menabraknya “ kata suamiKu .
Aku mengalah , sebenar aku
tak mau ketemu Karyo , apalagi sejak mimpiku yang aneh itu . Dan Aku tak
pernah menceritakan mimpi itu pada siapa pun , tak terkecuali suamiKu
sendiri .
kami pun pergi ke rumah Karyo . Setelah berbasa basi dan
minta maaf, Suami saya mengatakan kalau sepedamotor Pak Karyo sudah
diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam
dua atau tiga hari mendatang.
Sepanjang Rio bercerita, Pak Karyo
tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia
menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.
Yang saya tahu
matanya terus jelalatan menatap tubuhku . Dan tiap kali matanya ,
bertemu mataku , ada getaran aneh yang kurasakan . Tapi aku tak tahu apa
itu . Yang jelas , aku sepertinya manjadi birahi.
Kalau Memandang
tubuh Karyo, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak
terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara perutnya
membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang
berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.
Setelah
suamiku ngobrol cukup lama , akhirnya kita pamitan . Suamiku segera
menjalankan mobilnya dan pulang kerumah . Malam itu aku berencana
mengajak suamiku bercinta , tapi begitu dia masuk kamar dia langsung
berkata “ ayo kita bobo yuk , saya lelah sekali hari ini , banyak tugas
..”
Aku tersenyum dalam kekecewaan . Dan ikut berbaring bersama suamiku .
Di
kantor ,esok harinya aku tak semangat bekerja . Jam makan siang aku
gunakan untuk pergi ke Mall . Tapi apes , di perempatan lampu merah ,
aku kecopetan . Dompetku di gondol pencopet itu . Aku tak terlalu
memikirkan uang di dompet itu.
Tapi KTP dan SIM , mau tak mau aku harus lapor polisi.
Setelah
proses verbal selesai , aku pamit . Ketika berjalan di koridor kantor
polisi itu aku berpapasan dengan Karyo. “ Bu Ranta, ngapain kesini “
kata Karyo . “ oh engak , cuma , lapor , saya habis kecopetan “ jawabku .
Dan terus berjalan , mencoba menghindari dirinya.
“ Eh , Bu Ratna
, kebenaran kemari , ayo kita makan di kantin sana “ ajak Karyo .
Matanya yang tajam menatap wajahku . Aku diam sesaat , berpikir ,
namanya juga polisi , pasti minta di bayarin makan . “ baik ,lah pak ,
tapi saya gak bisa lama lama yah “ kataKu .
Setelah memilih tempat
duduk , aku memesan air jeruk . Karyo memesan nasi goreng. Sambil makan
ia bercerita. Tentang tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya
yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya diam
mendengarkan ceritanya.
Kadang Karyo juga bercerita , tentang hal
hal kehidupan sexnya . Saya mendengarkan, rasa birahi mulai timbul , dan
rasanya tubuh saya mulai , menyukai Karyo . Setelah itu dia menyakan
bagai mana kehidupan sex saya .
Saya hanya bisa menjawab “ ah ,
biasa aja Pak Karyo , namanya juga suami istri “ . Pak karyo tersenyum ,
“ iyah maksud saya , bagaimana suami kamu di ranjang apa hot kayak saya
engak ? “ . Aku hanya diam , aku berpikir , Karyo mulai kurang ajar ,
di lain pihak aku sepertinya tertarik bicara sama dia .
Aku
berusaha mengalihkan arah pembicaraan . “ suami saya dan saya sedang
ikut program , kami ingin punya anak , jadi kita main pakai aturan . “ .
Dan ini mendapat perhatian besar Pak Karyo. Ia antusias sekali. Matanya
tampak berkilau.
“Oh ya. kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya . “Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.
“Mudah-mudahan
saya bisa bantu. Kalau mau kita kerumah saya . Saya beri obat,” kata
Pak Karyo pula. Aku berpikir , dan melirik jam tanganku , baru pukul
3.00 sore . “ Naik apa kita “ tanyaku .
Setelah motor yang aku
tumpangi berhenti di rumah Karyo , dia segera mengajakku masuk
kerumahnya . Tanpa bisa menolak , dia memegang tangan dan membawaku
masuk kerumahnya.
“Sekarang saja kita mulai pengobatannya,”
ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengab.
Jendela kecil disamping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu
hanya berasalan kasur yang sudah menipis.
Aku masih berdiri ,
rasanya tubuhku kaku . “ loh koq bengong , ini minyak khusus untuk
pengobatan , supaya cepat hamil “ katanya sambil memperlihat botol kecil
berwarna hitam . “ Ayo , buka baju kamu ..” katanya lagi .
Entah
apa yang terjadi pada diriku , aku seperti kehilangan akal sehat .
Perlahan kancing bajuku aku buka satu persatu . Kemudian , aku membuka
rok ku sendiri . Kini tubuhku hanya memaki Bra dan celana dalam hitamku
saja . berdiri terpaku di depan orang yang pantas manjadi ayaku .
“
Oh , Ratna , BH nya juga harus di buka dong “ kata Karyo lagi .
Tanganku seperti di gerakan oleh pikirannya . Dengan gemetar , tanganku
melepas kait BH ku . Dan kini dia bisa melihat jelas buah dadaku yang
mengantung bebas , besar dan montok
“ Oh , Ratna , suami kamu
berutung bisa , memperoleh istri secantik kamu . “ guman pak Karyo ,
lalu memintaku berbaring terlentang di ranjangnya.
Setelah aku
berbaring , dia mengolesi tanganya dengan minyak yang ada di botol kecil
itu , sebagian minyak itu di tuang di atas tubuhku . Perlahan tangan
kasarnya mulai menyentuh tubuhku . Tangannya bergerak mengurut perutku .
Tanganya
sepertinya bukan mengurut , melainkan mengelus elus perutku . Makin
lama gerakkan tanganya makin keatas , dan tangan itu kini memainkan buah
dadaku Aku tak kuasa menolaknya . Aku memejamkan mata , merasakan
nikmat sentuhan tangan kasarnya.
Saya merasakan bibir vagina saya
pun sudah mulai basah. Saya mulai merasakan birahi saya meningkat. Jari
jari itu terus mamainkan buah dada saya , tak ketinggalan putting susu
saya di sentuh lembut oleh jarinya .
Sambil mengigit bibir saya ,
berusaha untuk tidak mengeluarkan desahan saya . Karyo terus memainkan
buah dada saya. Perlahan tanganya turun kebawah , dan terus turun , jari
jarinya menyentuh selangkangan celana dalam saya .
Saya tak kuasa
, tubuh saya bagai terkena segatan listrik “ ohh Karyo , apa yang kamu
lakukan ..” . Jari jarinya terus menekan nekan selangkangan celana dalam
saya , yang otomasis , menyentuh klitoris saya , yang berada di balik
celana dalam saya.
Lendir nikmat saya merember ke celana dalam
saya , terus dan terus membasahi selangkangan celana dalam saya. Jari
jari Karyo pun , terus bergetar di selangkangan celana dalam saya . “ oh
, Karyo aku tak tahan .. aku tak kuat.. “.
“ oh , ayo sayang ,
lepaskan nafsu kamu , lepaskan jangan di tahan “ katanya lembut ,
membuat tubuhku tak bisa lagi bertahan . Saat jarinya bergerak semakin
liar , tubuhku mengejang hebat , pantatku terangkat , “ Karyo , a aku
keluarrr “ .
Pantatku kembali terhempas di kasur lusuhnya ,
tubuhku lunglai . Aku merasakan sensasi nikmat , hampir sama dengan
mimpi anehku beberapa hari yang lalu.
“ Ratna sayang , itu baru
jari saya bermain di celana dalam kamu , kamu bisa bayangkan kalau kamu ,
buka celana dalam kamu , dan rasakan lidah saya menjilati m-e-m-e-k
kamu “ bisik karyo di telingaku .
Tangan karyo memegang celan
dalam saya , berusaha membukanya , tapi tangan saya segera
menghalanginya “ jangan Karyo , saya malu .. jangan “ .
Tapi karyo
terus memaksa , dan lepaslah celana dalam saya , dia orang kedu yang
melihat vagina saya . Saya sungguh merasa bersalah sama Rio , tapi tubuh
saya , pikiran saya sudah di kuasi nafsu birahi yang tak bisa saya
tolak .
Saat jari jarinya , membuka bibir vagina saya , dan
lidahnya menjulur , menjilati kitoris saya tubuh saya , mangejang ,
merasakan nikmat sekali .
“ Karyo ahhh , i-t-i-l saya , ohh
i-t-i-l saya gatel sekali .. “ desahku yang tak lagi menghiraukan rasa
malu . Lidah lidahnya terus menjilati klitoris saya . Membuat tubuh saya
mengejang tak karuan . “ Karyo ohh .. enak enak ..” .
Lidah karyo
juga tak ke tinggalan menjulur julur seperti memasuki liang sagamaku.
Berputar di dalam liang sagamaKu . Tubuhku terasa ringan , seluruh
kulitku sensitif Saat , Karyo kembali menjilati Klitorisku yang membesar
, karena birahi , Aku tak tahan lagi “ ahh , gatel gatel banget , Karyo
..ahh…” .
Klitoriku rasanya mau pecah . Tubuh terhentak , aku menjejang , mengejet beberapa kali . Aku mengalami orgasme yang , hebat .
Karyo
membiarkan aku , dia menatap tubuh bugil ku , yang sesekali masih
mengejet Matanya yang jalang , tak melepaskan satu inci pun bagian
tubuhKu.
Puas menatap tubuh bugilku Karyo melepas pakaiannya . Aku
bergidik , jika mengingat mimpiku . Apa iya , penis Karyo sebesar
pentungan. Setelah penis hitamnya mencuat keluar aku baru tenang . Penis
tak sebesar tongkat , tapi lebih besar dari milik suamiku .
Dia
mendekat . Aku merapatkan kakiku .” tolong , jangan yang satu ini Karyo,
tolong..” . Karyo tersenyum “ Ratna , aku sudah memberikan kamu nikmat ,
apa salahnya ganti kamu yang memberiku nikmat , sayang “ .
“
jangan , tolong Karyo , aku masih punya suami , tolong lah “ pintaku . “
Hemm , oke deh , aku mengerti , kalo gitu pakai mulut kamu saja “
katanya .
“ oh , aku tidak pernah , jangan ..” kataku , dan penis
Karyo terus mendekati wajahKu . “ masa sih , kamu gak pernah ngisep
k-o-n-t-o-l suami kamu “ tanya Karyo . Aku mengangguk “ Sumpah Karyo ,
aku tak pernah “ .
“ Apa suami kamu pernah jilatin m-e-m-e-k kamu ?
“ tanya Karyo lagi . Aku kembali mengeleng . “ gila , mana enak sih ,
jadi kalian , langsung aja buka baju , terus n-g-e-n-t-o-t .” katanya .
Aku diam saja .
Tapi seakan Karyo tak peduli , penis hitamnya
terus di dekatkan ke wajah ku. Seakan tak mampu menolak , aku memejamkan
mataku . Yang aku rasakan pipiku terasa hangat , dia menekan nekan
penisnya di pipiku .
Penis itu bergerak terus ke bibirku , dan
berusaha masuk ke mulutku . Perlahan aku membuka mulutku . dan penisnya
mulai masuk ke mulutku . Penis itu bergerak , Karyo seperti menzinai
mulutku. Keluar masuk mulutku . KepalaKu di pegangnya.
Karyo
mendengus kenikmatan , dan terus bergerak . Lama kelaman aku pun merasa
terbiasa. Dan rasanya aku mulai suka permainan ini . Karyo terus
memainkan penisnya di mulutku , sampai dia mengeram , dan spermanya
keluar di mulutku .
Aku segera memuntahkan spermanya . Baru kali
ini Aku merasakan sperma . Rasanya aku ingin muntah . Karyo tampak
terduduk lemas. Saat itu aku segera memakai pakaianku kembali . Aku
segera meninggalkan ruamahnya , tanpa permisi
Hari sudah gelap
saat aku keluar dari rumahnya . Dengan menyetop taksi Aku segera pulang
kerumahKu . Aku melihat Opel Blazer suamiku sudah terpakir dengan rapi .
Sial
Aku ke duluannya. Jantung berdegup , aku takut suamiku curiga , otakku
segera berpikir , mencari alasan yang tepat jika suamiku menayakan hal
ini .
Perlahan Aku membuka pintu , dan memasuki rumah ku . Tiba
tiba suamiku memelukku dari belakang . Aku terkejut “ Ah .. mas bikin
kaget aja ..” kataKu .
“ ha ha ha , Aku gembira sayang , jabatanku
di naikan , yang berarti gajiku juga di naik kan .. “ kata suamiku .
Dia ingin menciumku . Tapi aku menghindar , mulutku kotor , aku malu
terhadap diriku sendiri. “ Mas , yang benar ah , jangan bercanda “
kataKu untuk menhidari ciumannya .
“ benar sayang , benar , kita
harus rayakan “ kata suamiku . “ oh , rayakan di mana mas “ tanyaKu . “
karena sudah malam , kita rayakan di ranjang saja yah, sayang “ kata
suamiku . Dan tangannya segera mengangkat rok ku , dan menyetuh
selangkanganKu .
Aku berusaha mengindar lagi , ih mas masa di sini
, nanti kelihatan orang dong di kamar saja “ kataKu . “ loh , di rumah
ini kan cuma kita berdua ..” kata suamiku . Yang jarinya segera meraba
selangkangan ku . Jarinya menyelinap di balik celana dalamKu .
Aku takut , suamiku curiga , karena Vaginaku basah , akibat di buat Karyo tadi .
“ Sayang , koq m-e-m-e-k kamu sudah basah benar sih , kamu horny yah “
kata suami ku . “ ih mas bisa aja , tadi aku habis pipis , di rumah bu
Ani “ kataku berbohong . “ oh , kamu di rumah Ani , toh “ kata suamiku .
“
aku mandi dulu yah “ kataku langsung lari ke kamar mandi . Aku segar
membasuh mulutku , mencuci bersih vaginaku . Aku merasa sangat menyesal
telah melakukan hal ini terhadap suamiku. Walaupun selama setahun
menikah dengannya tak pernah sekalipun aku merasa begitu nikmat dalam
bercinta.
Aku membutuhkan kenikmatan itu , tapi aku juga
membutuhkan suamiku . Aku tak habis pikir , pikiranku menolak Karyo ,
tapi tubuhku sangat menginginkan Karyo .
“ sayang , cepat dong ..” terdengar suara mesra suamiku .
Malam
itu kami bercinta . ada rasa hambur disitu . Aku mencintai suamiku ,
tapi rasanya sexku tak terpuaskan . Sekarang aku makin bisa membedakan .
Benar kata Karyo , Aku seperti tempolong , suamiku hanya mempergunakan
vaginaku untuk mengeluarkan spermanya , tanpa bisa memuaskan diriku.
Tapi
biar bagaimanapun , Rio adalah pilihanKu , aku harus konsekuen . Aku
mencintainya apa adanya. Aku lebih baik mengekang nafsu birahi . Aku
memutuskan untuk tak menemui Karyo lagi .
“ Ratna , mas besok harus ke Jakarta , menemui dereksi darti kantor pusat “ kata Rio tiga hari setelah kenaikan jabatannya .
“ ha , berapa hari mas , saya boleh ikut ? kataku.
“
Ah cuma sehari koq , “ kata Rio . “ tapi mas , saya takut di rumah
sendiran “ kata ku , dengan harapan suamiku mau mengajakku ke Jakarta .
Tapi jawabannya , berbeda dengan yang kuharapkan .
“ saya sudah
minta Pak Karyo unutk mengawasi rumah kita , dia akan mengirim anak
buahnya , untuk jaga di sini , kamu tenang aja deh “ kata suamiku.
Jantung berdugup keras , Karyo lagi ..
Pagi itu suamiku di jemput
mobil dari kantornya , dan mobil itu segera membawa suamiku ke airport .
Dangan melambaikan tangan aku melepas suami ku ke Jakarta.
Belum
sempat aku menutup pintu rumahku , sosok tubuh besar itu sudah berada di
depan pintu rumahku . “ Karyo , mau apa pagi pagi begini ke rumah orang
“ kataku ku buat ketus.
“ loh , suami mu minta , aku menjaga
rumah mu , juga menjaga dirimu he he he “ kata Karyo , yang terus masuk
ke rumahku tanpa di persilakan.
“ Karyo , tolong jangan ganggu aku
, “ kataKu . Karyo menatapku , bola matanya bagaikan bersinar , yang
menerobos ke mataku . “ Ratna , ayo katakan dengan nurani kamu , kamu
tak membutuhkan diriku “ kata Karyo .
“ Aku , aku , aku “ lidahku seperti terkunci . Tangan karyo segera mengandeng tubuhku , membawaku masuk ke kamarku.
“
sayang , aku tak bermaksud jahat sama kamu , aku cuma mau memberi kamu
kenikmatan sayang . kita sama sama butuh itu “ kata Karyo .
Perlahan
Karyo melepas daster tidurku , yang di balik daster itu aku tak memakai
bra . Dan buah dadaku langsung terpampang di hadapannya . Perlahan
lidahnya menjilat puting susuku . “ ahh .. “ desahku.
Pikiranku
kosong melopong , aku lupa suamiku . aku hanya ingat kenikmat yang
kudapat dari Karyo . Lidahnya terus bermain di putingku . Jari jarinya
hinggap di selangkangan celana dalam merahku . “ ohh Karyo .. sudah
tolong jangan bikin aku nafsu ” .
Jari jari itu bergerak , dan
vaginaku mulai mengeluarkan lendir birahi . Mulutnya pun terus menyedot
nyedot buah dadaku . Jarinya terus menari nari di selangkangan celana
dalamku yang makin membasah .
“ Ohh , Karyo kamu jahat ooh i-t-i-l
saya jadi gatel .. “ desah saya . Karyo terus menaikkan birahi saya
dengan permainannya. Saya sudah tak tahan , saya mendesah kenikmatan “
karyo , saya mau keluar “ . Saat itu , Karyo dengan sekuat tenaga ,
meremas buah dada saya .
Saya menjerit kesakitan , otomatis ,
birahi saya menurun , orgasme saya menghilang . Tapi Karyo perlahan
menjilati lagi putting susu saya . mengelitik . Membuat birahi saya
berangsur naik kembali . Kembali saya mendesah kenikmatan .
Saat
saya hampir menuju puncak kenikmatan saya , Karyo mengigit putting susu
saya , memberi saya rasa sakit . kembali saya gagal orgasme.
Tapi
Karyo segera menaikan birahi saya lagi ,dengan memainkan selangkangan
saya “ Karyo tolonglah , saya mau orgasme buat saya orgasme . ” saya
memohon orgasme pada dirinya setelah dia mengagalkan orgasme saya yang
ke tiga kali .
“ tenang sayang , saya pasti kasih kamu orgasme
yang ternikmat yang pernah kamu rasakan “ . Sambil dia mendorong tubuh
saya dan saya terduduk di pinggir ranjang.
Celana dalan saya ,
sudah terlepas dari tubuh saya . dangan dua jarinya bibir vagina saya di
buka . Lidahnya menjulur menjilati klitoris saya . Saya mengerang “ ohh
, iyah terus buat saya orgasme , saya mau keluar …Karyo ..” .
Lidahnya dengan cepat , terus merangsang klitoris saya yang semakin membesar ,
“ oh.. karyo , gatel , enak sekali teruss “ . Lidah itu terus menjilati klitoris saya .
Saya
sudah dekat , dan seperti nya Karyo tahu , Dia sengaja , segera
klitoris saya di sedotnya dengan kuat , saya merasakan sakit sekali ,
yang membuat orgasme saya pergi menjauh .
“ Karyo , kamu jahat ,
kamu jahat , tolong saya mau keluarr “ kata saya mengiba , rasanya saya
ingin menangis . Mengiba minta orgasme , dari orang seperti Karyo ,
sangat merendah kan diri saya. Tapi apa boleh buat , saya tengah di amuk
birahi .
“ Ratna sayang , tenang kamu pesti mendapatkan orgasme “
katanya . Lidahnya kembali menjilati klitoris saya dengan lembut. Tiga
buah jarinya di gunakan menekan perut saya di bawah pusar . Ini membuat
saya merasa ingin pipis . Saya mencoba mengeser tanganya . Tapi saya
seperti tak bertenaga.
Lidahnya terus memberi kenikmatan di
klitoris saya , sebentar saja , rasa ingin orgasme telah mendera tubuh
saya . “ Ohh , Karyo , saya , oh i-t-i-l nya ..oh gatel sekali , saya
tak kuatt .. oh kebelet.. mau pipis “ . Saya merasakan seperti nya sulit
menahan rasa ingin pipis , tapi saya juga mau orgasme.
“ Yah ,
lepaskan Ratna , ayo keluarkan nafsu birahi kamu ..” kata Karyo .
Tubuhku mengejang “ OOHHHH .. Karyo .. ahh gatell gatell aku tak tahan“
jeritku tak karuan .
Tubuhku mengerang nikmat , dan Aku
menyemburkan pipiku dengan kuat . Aku merasa kan setiap tetes air seniku
, mengalir memberi sensasi kenikmatan , berbarengan orgasmeKu .
Aku
orgasme dangan begitu fantastik , tak aku perdulikan kamarku yang basah
dengan air pipisku . Tubuhku sepertinya rontok , tulangku seperti lepas
, aku terbaring dengan lemas.
Karyo hanya melihatku dengan tersenyum . Dan membiarkan diriku beristirahat.
Setelah
itu tubuh Karyo yang bugil merangkang menaikki tubuhku , aku berusaha
mendorong tubuhnya “ Karyo jangan , aku pakai mulutku saja “ kataKu ,
tak rela penisnya memasuki tubuhku .
“ aku sudah pernah merasakan
mulut kamu sayang , sekarang aku mau coba m-e-m-e-k kamu “ kata Karyo .
Tubuh terasa lemas , seperti tak bertulang , Karyo dengan mudah membuka
lebar kaki ku , kepala penisnya mulai menyetuh liang vaginaku .
Air
mataku meleleh di pipiku saat itu aku teringat suamiku Rio . Aku
memejamkan mata . Saat kurasa , penisnya mulai memasuki tubuhku .
Getar
getar nikmat mulai berkecamuk di diriku . Aku merasakan sentuhan
penisnya yang menikmatkan. Tak pernah Sekalipun aku menemukan rasa ini
pada penis Rio .
Tat kala batang penis hitamnya bergerak keluar
masuk , aku mulai merakan nikmat yang luar biasa , Karyo yang terus
mengocok vaginaku dengan penisnya mendengus “ m-e-m-e-k kamu luar biasa
nikmatnya sayang “ katanya .
Dalam hati aku pun berkata yang sama .
“ Ahh Karyo .. ahhh “ desahku Goyangannya yang lembut, tapi mantap
segera membawaku ke puncak orgasme . Tapi seperti sebelumnya Karyo
menahannya . Dia membenamkan penis besar di dalam , vaginaku , dan dia
diam tak bergerak .
“ Karyo , ayo goyang dong ..” pintaKu . Karyo
tersenyum “ loh , tadi gak mau , koq sekarang minta “ . Wajahku
sepertinya panas , birahiku melorot .
Kembali Karyo mengoyang ,
dan membawaku kepuncak orgasmeku . Aku sudah tak tahan , aku harus
mendapatkan orgasmeku . Dan lagi lagi Karyo dengan sengaja membatalkan
orgasmeku . Penisnya di hentak keras ke dalam vaginaku , rasanya kepala
penisnya memukul rahimku .
Aku mengerang sakit . “ Karyo , kamu
jahat sekali ..” kataku . Karyo tersenyum . “ kalau mau ninta orgasme
dari aku yah , kamu harus minta dengan mesra dan nafsu dong “ katanya.
Aku
seperti seorang cewek murahan tak bisa berpikir jernih . langsung aku
berkata “ Ayo , mas Karyo e-n-t-o-tin Ratna ,yah , Ratna minta orgasme ,
ayo mas tolong “.
Karyo tersenyum , dan dia mulai mengoyang
batang penisnya. Penis itu membuat aku gila . Sebentar saja , rasa gatel
di vaginaku , membuat tubuhku mengerang dan menjerit “ ahhh , enak….aku
keluarrr “ .
Aku lemas , Karyo menahan gerakan penisnya sebentar ,
merasakan otot otot vaginaku meremas batang penisnya , dan kemudian
bergerak lagi . Sebentar saja , aku mencapai orgasme lagi .
Entah
hari itu berapa kali tubuhku , mengejang di buat orgasme oleh batang
penis Karyo . Yang jelas aku sangat menikmati permainannya . Aku lupa
siapa diriku , aku lupa siapa suamiku.
Sejak saat itu, saya pun
ketagihan dengan permainan Pak Karyo. Kami masih sering melakukannya.
Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski,
kemudian Pak Karyo juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli
kepuasan sahwat kepadanya.
Semua itu saya lakukan, tanpa setahu
Rio. Dan saya yakin Rio juga tidak tahu sama sekali. Saya merasa berdosa
padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Karyo itu.
Entah sampai kapan.
[Read More...]
Para Peronda Malam
Karena
seringnya pencuri masuk ke perumahan yang kami tempati, maka warga
perumahanku secara aklamasi menyewa penjaga malam dan warga boleh boleh
saja membantu mereka malam hari. Memang kebetulan rumah yang kutempati
di tengah perumahan itu tapi dua rumah di sebelahku belum dihuni
sehingga sering kali keempat rumah itu dibuat sebagai tempat
persembunyian.
Malam itu aku terkena influenza berat karena kehujanan sepanjang siang.
“Aku
masih menyiapkan makanan untuk penjaga malam, mas….!!”, kata istriku
yang berpostur tubuh mungil dengan tinggi 155 cm, berwajah menarik
seperti bintang Film Mandarin, meskipun kulitnya agak sawo matang dengan
rambut pendek, sehingga tampak lebih muda dari usianya yang menginjak
40 tahun.
Malam itu udara sangat panas sehingga dia hanya
memakai daster yang lumayan tipis, sehingga memperlihatkan bentuk
tubuhnya, utamanya pantat bahenol nya yang empuk itu yang bergoyang saat
berjalan, walaupun perutnya tidak ramping lagi, karena sudah dua kali
mengandung dan model dasternya berkancing di depan sehingga payudara
biarpun tidak besar, tapi padat berisi, yang berukuran 34C agak
tersembul dan kedua puting susu nya tampak menonjol dari balik dasternya
karena memang dia kalau dirumah hanya memakai camisole tipis saja.
“Sudah
pukul sepuluh kok belum datang, ya ..!”, dia bergumam sendiri karena
mengira aku sudah tertidur. Beberapa saat kemudian kudengar dua orang
bercakap-cakap di luar dan mengetuk pintu rumah pelan. Istriku yang
rebahan di sampingkupun bangkit dan entah tersadar atau tidak istriku
membetulkan rambutnya dan memoles bibirnya sehingga bibirnya semakin
merah.
“Lho ????”, gumannya pelan ketika tersadar dia memoles
bibirnya, tapi karena penjaga malam itu terus mengetuk pintu, dia pun
tak jadi membersihkan bibirnya yang merah merangsang itu.
“Malam,
Bu Yati…!”, terdengar suara seseorang dan aku mengerti kalau suara itu
adalah Pak Deran dan istriku sudah dikenal oleh dua orang petugas jaga
tersebut karena sering istriku pulang malam seusai mengajar di
kampusnya.
“Masuk dulu Pak Deran..!”, terdengar istriku
mempersilahkan penjaga malam itu masuk, sementara kudengar bunyi
halilintar yang cukup keras dan hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.
“Wah
hujan ? saya sama Pak Towadi, Bu Yati..!” katanya. “Nggak apa-apa,…
masuk saja … lagian hujan deras, pak….!” kata istriku. “Selamat malam,
Bu Yati..!” kudengar Pak Towadi memberi salam pada istriku. “Sebentar
tak buatkan kopi ..!” kata istriku, kemudian kudengar istriku berjalan
menuju dapur di belakang rumah.
“Di, lihat kamu ngga?!”
terdengar suara bisikan Pak Deran, “Kamu kacau, Ran?!” balasan suara
bisikan Pak Towadi., “Kamu lihat, enggak..?” suara Pak Deran lagi, “Iya,
Ran muncul…., kayak penghapus ?” kata Pak Towadi, Rupanya mereka
berbisik-bisik mengenai puting susu istriku yang menonjol di balik
dasternya, karena malam itu istriku hanya mengenakan camisole di balik
dasternya.
“Pantatnya bahenol, lagi….,” lanjut bisikan Pak
Deran, “Hus istri orang itu, Ran..!” kata Pak Towadi, “Eeh, ini malam
Jum’at, kan..? Pas kuat-kuatnya ilmuku hi hi?!!!” kudengar Pak Deran
tertawa ditahan pelan, “Dicoba aja.., yok…, siapa tahu Bu Yati mau…!”
kata Pak Deran.
Kuingat Pak Towadi orangnya hitam agak tinggi
dengan badan kekar dan Pak Deran orangnya tambun pendek, keduanya
berumur 50 tahunan lebih, aku bergidik juga mendengar perkataan mereka
mengenai istriku tadi, mereka penduduk asli daerah itu, terkenal sangat
doyan dengan perempuan, bahkan mereka pernah bercerita saat aku jaga
malam, kalau pernah membuat pedagang jamu yang bertubuh bahenol, yang
sering keliling dua minggu sekali di daerah tempat tinggalku, pernah
dibuat hampir tak dapat berjalan karena digilir mereka berdua, dimana
saat itu pedagang jamu itu masih perawan dan sampai saat bercerita malam
itu, pedagang jamu itu masih sering meminta kepada mereka berdua untuk
menggilirnya, biarpun sekarang sudah bersuami, katanya tak pernah puas
dengan suaminya yang masih muda, bahkan pedagang jamu itu pernah meminta
mereka berdua datang ke rumahnya.
“Kalau sudah kena punya kami,
pak, …. Waahhh…perempuan pasti malas dengan suaminya dan?..suaminya tak
berkutik kalau kami ada, dan membiarkan kami tidur bersama istrinya
dalam satu kamar bersama suaminya”, kata Pak Deran terkekeh kekeh malam
itu.
Kemudian kudengar suara bisikan mereka lagi….. “Kamu jangan
ngaco, Ran. Sudah nanti kelewatan?!” kata Pak Towadi “Keris pusakaku..
ku bawa.. Di…. Ini ..he he he ?!” kata Pak Deran, “kamu jangan, gitu
Ran…, orangnya lagian baik…, kasihan suaminya nanti, pinginnya sama kamu
aja nanti .. !!” suara Pak Kardi lagi. Karena perasaanku nggak enak
akhirnya kuputuskan untuk keluar dan mereka berdua terlihat kaget
melihatku, tapi Pak Deran yang membawa keris langsung mencabut kerisnya
dan langsung mengarahkan kerisnya padaku dan tiba-tiba gelap
menyelimutiku.
Kemudian aku terjaga dan kudapati diriku di
tempat tidur kembali, kutoleh pintu kamarku dan kusen kamar dan lantai
pintu kulihat seperti membara.
“Eeeecch ?….eeeeccchhh.
…eeeeecccchhhh …..!!!! ” kudengar desis istriku dan akupun turun,
tubuhku terasa lemas sehingga aku merangkak mendekati pintu kamar dan……
seperti terkena listrik beribu ribu volt saat tanganku memegang kunci
kamarku hingga aku tersengkur makin lemas seperti karung bersimpuh di
depan pintu kamar yang sedikit terbuka itu.
Aku tak percaya
melihat di ruang tamu dari pintu kamar yang terbuka sedikit itu, kulihat
istriku berdiri di depan Pak Deran yang membawa selongsong keris
sebesar batang kemaluan orang dewasa lebih besar dari lampu TL 40 watt
yang ujungnya di arahkan kepada istriku yang berdiri, sedangkan tangan
yang satunya seolah memelintir di ujung lainnya yang berbentuk huruf U
memanjang itu. Kedua tangan Pak Deran kini memegang pangkal keris yang
melengkung itu dan kedua jarinya memelintir ujung nya dan kulihat
istriku yang berdiri, tubuhnya bergetas dan kembali mendesis
“Heeeggghhh
?..oooooohhhhhhh. ……ooooooohhh hhhhh…. ..!!!!!” Pak Deran bukan lagi
seperti memelintir tapi menarik narik kedua ujung keris berbentuk U itu
dan terlihat istriku membusungkan dadanya seperti kedua puting susu nya
tertarik ke depan. “Mmm heeeggggh ?..aaaaaaa… .aaaaduuuuuhhhhh h……!!
!!!” istriku mendesis panjang dan Pak Deran langsung mengulum salah satu
ujung U itu dan …. “Paaak ?.paaakkkk… .jaa…jaaangaaa annnnn
?.paaakkkkk.. ….!!!!! ” suara desis istriku memelas dan tangan kanan
istriku secara refleks memegang payudara kanannya, istriku
mendesis-desis kembali….. “Ummmppff?. Paakkkk….. jaaa….jaaaaang aaaannnn
? paaaakkkk ?..!!!!” istriku mendesis. Tangan kanan Pak Deran
memelintir ujung satunya dan istriku pun memegang kedua payudaranya
kembali yang masih terbungkus daster dan camisole nya itu.
“EEecccchhhhhhhgggg
hhhhh ??!!!!!!!” istriku mendesah lagi saat Pak Deran memutar
selongsong kerisnya sehingga pangkal keris berbentuk U itu berdiri,
sementara jari-jari tangan kanannya mengelus-elus pinggiran lubang keris
itu dan kulihat pantat bahenol istriku pun bergetar dengan hebat. Pak
Deran semakin cepat mengelus dan bahkan menggosok lubang keris itu dan
istriku pun mengerang-erang …..
“Paaakk ? paaakkk….suuu.
..suuuuddaaaaahh ? paaakkk ?jangaaan diteruuuuskaaaaan
?.eeeecchghghghghghg h ??.!!!!!”, sementara pantatnya pun bergetar hebat
dan kedua tangan istriku memegang pantat bahenol nya yang bergetar
hebat saat Pak Deran menjilati lubang keris itu dan pantat bahenol
istriku meliuk liuk tak karuan, kedua tangannya meramas pantat bahenol
nya sendiri yang mulai maju mundur saat Pak Deran menyedot nyedot lubang
keris itu dan bahkan lidah Pak Deran menjilati lubang itu dan…..
“Mmmppfffhhh hghghghgghghg ?.” istriku semakin keras mendesis desis,
selangkangan nya terangkat angkat dan mendekati ujung selongsong keris
ysng tengah disedot sedot dan dijilati lubangnya oleh Pak Deran.
`Paaaak
? sudddaaaah ngngngngngngng hhhheeeghghghghgh??!!!” istriku mendesis
kedua matanya tertutup dan selangkangan nya tertarik ke depan hingga
selangkangan nya kini mengesek ngesek sarung keris itu.
“Suudddaaaaah
paaaak jangaaaaan sudaaah eeeeechghghghg ?.!!!!” istriku terus mendesis
desis. Kemudian Pak Deran menghentikan aksinya. “Diii… , elus lubang
kerisku ?!!!” kata Pak Deran kepada Pak Towadi yang dari tadi bengong,
sementara di pangkal selangkangan nya sudah menggelembung menunjukkan
batang kemaluan nya sudah berdiri tegang. Pak Towadi langsung mengelus
lubang keris Pak Deran dan kembali…. “Eeeeee….. eeeeee… .eeeeehhhhh.
….eeeecccchhhg hghghg?..! !!!!” istriku mendesis. “Enak Bu Yati….?”
tanya Pak Deran yang berdiri dihadapannya dan selangkangan istriku masih
menempel di sarung keris itu. Istriku ngga menjawab, diam saja……
“Ooooo.. kurang enak rupanya?!!!” kata Pak Deran kemudian…. ..
“Jaaa….jaaaangaaa nnnn….. , paaakkkk…. ..!!!!” rintih istriku memelas,
“Singkap dastermu, Buuuu……! !!!” perintahnya. “Paaak …..oooohhhhhh.
…jaaa.. ..jaaangaaannn ….paakkkk. …..!!!! ” istriku menghiba. “Ayooo ..
nggak usah malu Buuu…. atau biar dia yang mencari jalannya sendiri?!”
kata Pak Deran.
Seperti diperintah sarung keris itupun menempel
di selangkangan istriku saat Pak Deran melepasnya dan…. “Paak
….jaaa…jaaangaa nnnn…paaaakkkk ?.!!!!” desis istriku saat sarung itu
mulai menggosok selangkangannya kembali, sehingga pantatnya pun bergetar
kembali. “Dii ?malam ini kita nonton dulu ? biar Mbah Gandul yang
nyebokin Bu Yati, malam ini punya dia?lihat Dii ? Bu Yati menaikkan
dasternya ? rupanya dia sudah kebelet….” Kulihat istriku mendesis-desis
dan mengelinjang, sementara kedua tangannya memegang pantat nya sendiri
dan menarik ke atas dasternya pelan-pelan, sehingga mulai tersingkap
paha mulusnya.
Semakin lama pantatnya semakin bergetar cepat dan
selangkangannya maju mundur oleh gosokan sarung keris yang di sebut Pak
Deran, Mbah Gandul itu. Begitu dasternya tersingkap sampai pangkal
pahanya, Mbah Gandul langsung menyusup ke selangkangan istriku dan …..
“Mmmmmmpppfff ..eeecchhhh ?..bessaaaar ??oooooohhhhhh. ….!!!” desis
panjang istriku. “Sudah, Di , kita keluar biar Bu Yati malam ini milik
Mbah Gandul?!!!” kata Pa Deran. “Bu Yati, titip Mbah Gandul yaa, selamat
menikmati, besok baru kami,… Oh… ya…., besok kan ibu pulang
malam?.nggak usah pake BH dan celana dalam ya kalau pulang, nanti
dibungkus dan serahkan ke saya di pos kalau pulang? biar lebih enak ?he
he he….!!! ” kata Pak Deran sambil meremas payudara istriku yang berdiri
tak berkutik dengan kedua kakinya yang terkangkang. Merekapun keluar
meninggalkan istriku yang terbengong.
“Mmmpppff ….oooohhhhh.
…beee.. ..besaaar ?aaamaaatttt. …!!!!” rintihnya saat kedua orang itu
telah pergi. Istriku pun berusaha duduk di kursi panjang dan rupanya dia
berusaha menarik sarung keris itu keluar tapi….. “Mbaaaah uummppfff
oooooohhh… aaammmmpuuunnn. ..mmmbaaaahhh. …. ?..!!!” istriku mendesis
keras. “ooocch masuukkk ke daalaaam eeeccchh gilaaa uummpppfff heeecchhh
gilaaa ?uuuccch geliiii aaaccch koook giniiii rasanyaaaaa uumppppccchh
ennnnaaaaakkkkckccc hhhh??!!!” dan kulihat istriku mencengkeram erat
sandaran kursi dan pantat nya bergetar keras maju mundur di tempat
duduknya dan goyangan pantatnya semakin kencang, sementara keringatnya
memebanjir dan nafasnya terengah engah
“Eccchhhghghghg mbaaaaah
Gaaanduuull ?. akuuuu keluaaaaar ?.!!!” istriku mengerang saat mencapai
orgasme malam itu. Tubuhnya tersungkur miring di kursi panjang dan
beberapa saat kemudian kaki nya terkangkang lebar dan tubuhnya bertumpu
di kedua tangannya melihat selangkangan nya yang digarap Mbah Gandul
kembali itu. Kembali pantatnya bergoyang sementara mulutnya
mendesis-desis kenikmatan dan nafasnya memburu keras dan….
“Mbaaah…mmmbbaahh
hhh…… ..aaaa… aaaakkuuuuu. .keee…keeeelua aaar lagiiiii ?.!!!!” dia
mengerang saat mencapai orgasme keduanya dan pantat nya
tersentak-sentak. Kemudian dia duduk kembali dan berusaha berdiri dan
berjalan menuju kamar, akupun cepat-cepat rebahan di tempat tidur….
“Mas…maaasss.
… bangun,….mass. …!!!!” panggil istriku “Kamu kelihatanya kok kumal
dik, tadi… ku dengar ribut-ribut diluar…..! !!” “Maas ?!!!!!” kata
istriku tersipu-sipu, sambil memelukku..
Selang seminggu
kemudian, kembali Pak Deran dan Pak Towari mendapat giliran tugas jaga
Dan seperti kebiasaan yang lalu-lalu, mereka pasti akan mampir kerumahku
dengan alasan untuk minum kopi. Sudah sejak jam 7 malam aku masuk
kekamar, dengan pura-pura badan merasa ngga enak. Begitulah kira-kira
jam 9 malam, terdengar ketukan pada pintu depan dan terdengar istriku
yang masih nonton TV diruang tamu membuka pintu depan dan terdengar
suara Pa Towari dan Pak Deran… “Selamat bu Yati…. apa bapak masih
bangun…?” “Ohh…bapak ngga enak badan dan sudah masuk tidur sejak jam 7
tadi…!!!” terdengar sahutan istriku….. “Oooo…maaf mengganggu, tapi saya
hanya mampir sebentar untuk mengambil kopi saja…!!” “Kalau begitu
silakan duduk dulu, saya akan menyediakan kopi didapur…!” sahut istriku
lagi, sambil berjalan masuk kedalam.
Sesaat kemudian kudengar
suara langkah kaki menyusul istriku kedapur dan… “Bu Yati, nggak bilang
suami ibu kan mengenai kejadian yang lalu…. ?..!!!” terdengar suara Pak
Towadi. Tak terdengar suara jawaban dari istriku. Tak selang kemudian
terdengar suara ribut-ribut tertahan dari arah dapur dan……. “Ooooohhhh..
..jangan. …Jangaan paak ?!!!!!” terdengar suara menghiba “Kenapa, Bu
Yati…? diam saja bu….ntar juga pasti enak kok….!!!” suara Pa Towari
kembali. “Jangan pak, ampuun paaak ?.!!!” istriku semakin menghiba,
kayaknya Pak Towadi semakin mendesaknya, kemudian dengan mengendap-edapa
aku turun dari tempat tidur dan mengintip dari celah-celah pintu
kamar…. dan….terlihat dengan cepat Pak Towadi melompat dan berdiri
diantara kedua kaki istriku yang terkangkang lebar, saat istriku akan
mengatupkan kedua kakinya. “Tutup selambunya, Ran…!!!” kata nya ke Pak
Deran, dan Pak Deran langsung menutup selambu dan pintu rumah. “Ayo?emut
kontolku Bu Yati..” kata Pak Towadi tiba-tiba sambil mengeluarkan
penisnya yang agak kecil lemas tapi panjang berbintil- bintil seperti
buah pace mendekati mulut istriku.
“Jaaa….jaaangaann nn
paaak?.aaampun paaak ??!!!!” istriku terisak sambil memegang pergelangan
tangan Pak Towadi yang menyambak rambutnya dan pantat Pak Towadi maju
dan batang kemaluannya yang panjang berbintil-bintil semakin dekat
dengan mulut istriku. “Lepas rambut saya paaak…!!!” isak istriku dan Pak
Towadi melepas jambakannya dan istriku membuka mulutnya yang sudah
dekat dengan penis Pak Towadi dan istriku mengulum penis berbintil Pak
Towadi. “Sedot Bu Yati ?.wwwuhhh Raan Bu Yati pinter nyedot kontolku
?!!!” kata Pak Towadi ke Pak Deran yang juga mendekati istriku dan
“Sudaaah nanti biar Bu Yati sendiri…!! !” katanya, aku tak mengerti
maksud kata-kata Pak Deran, kemudian Pak Towadi mencabut penis
berbintilnya dari mulut istriku dan mendorong istriku untuk duduk
dibangku panjang yang ada di dapur, sementara dia duduk di kiri istriku,
sedang Pak Deran dikanan istriku. “Bu Yati? gosok punyakmu sendiri ?!!”
kata Pak Deran sambil memegang tangan kanan istriku ke selangkangan nya
sendiri.
“Ayooo ?.!!!” kata Pak Deran lirihdan mulailah istriku
masturbasi menggosok dan mengocok bibir vaginanya sendiri sampai
akhirnya bunyi kecepak terdengar dari selangkangannya. .. “Itilmu Bu
Yati…!!!” kata Pak Deran dan istriku mengerang sendiri saat
memepermainkan kelentiitnya. “Paaak ?!!!!’ istriku mendesis “Kenapa, Bu
Yati…?” tanya Pak Towadi “Paaaak ?.!’ istriku hanya mendesis “Ran Bu
Yati mulai naik niih…. ,!!!” kata Pak Towadi dan Pak Deran pun berdiri
dan menuju pintu dan membukanya dan masuk kembali memegang tali dan
betapa terkejutnya aku saat Pak Deran menarik Tarzan, kontol herdernya
yang setia, yang selalu menemani mereka jaga. Istrikupun terkejut
sepertiku dan Pak Deran mengunci pintu kembali dan Pak Towadi memegang
istriku yang akan lari. “Diaam ?” bentak Pak Towadi “Jangaan paaak ?..”
istriku akan mengatupkan kakinya tapi Pak Deran sudah berdiri di depan
istriku dan menahan kaki istriku dan Tarzan, langsung menyusup di antara
kaki Pak Deran yang menahan kaki istriku dan “Aaaaaauuuuwwwwwww.
……Paaaak ?..!!!!” suara istriku mengerang saat selangkangan nya yang
gundul dijilati Tarzan.
Rupanya si Tarzan sudah terlatih
merangsang wanita karena istriku memegang pinggang Pak Deran yang
berdiri di depan istriku menahan agar kaki istriku tetap terkangkang
lebar “Eeeccch eeh eeeeeecchchh ?..wwwuuucccggghhh paaaaak
aaaahhcchhchchc ?” istriku mengerang ddan mendesis keras karena jilatan
Tarzan di selangkangan nya. “Gimana Ibu Yati? Enak Ibu Yati?” kata Pak
Deran terkekeh kekeh “Paaak ampuuunn adduuuuuuccch aaduuucchh mmmppfsss
paaaakkkkzzzzz ? eeh eeh eeeh eh eh?.paakk akuuu wwwwwwuucccch
ngngngngngng? ..’ istriku mengerang keras dan memegang erat pinggang Pak
Deran sedangkan pantat bahenol terangakt angkat saat orgasme ketiganya
malam itu meledak dan Tarzan dengan ganasnya terus merangsang kelentit,
bibir vagina istriku dan hanya terpaut beberapa menit istriku mengerang
kembali saat mencapai orgasmenya yang ke empat dan tubuh istriku pun
terjatuh di kursi nafasnya mendengus dengus keringatnya mengalir deras
tetapi Tarzan, si kontol herder itu terus merangsang istriku dengan
jilatan jilatan mautnya di bibir vagina istriku dan kelentit istriku dan
istriku pun mengejang dan mengerang kembali saat oergasmenya ke lima
meledak.
Tubuh istriku benar benar lunglai dan Pak Deran
membalikkan tubuh istriku yang terkapar di kursi panjang dan menarik
kedua kaki istriku yang tertelungkup di lantai dan bertumpu di kedua
lututnya sehingga istriku menungging dan Tarzan rupanya sudah siap dan
batang kemaluannnya yang merah sudah membesar dan menegang langsung
melompat di punggung istriku dan Pak Towadi mengarahkan batang kemaluan
Tarzan ke liang vagina istriku dan “MMmmppppfffh paaak jangaaaaan akuuu
mnmmmn nn nggaaak mauuu mmmmppfffff .uuuucccch ucccchhh ?!!!!!” istriku
mengerang saat batang kemaluan Tarzan menerobos masuk ke liang vagina
istriku dan kulihat begitu cepatnya Tarzan mengenjotkan pantatnya
sehingga istriku tak lagi dapat mengerang hanya mendesis “wwwhhh
wwwwhhhhhw wwhwhhhwhw ?..!!!!” dan bunyi kecepak-kecepak di selangkangan
istriku semakin keras “”wwwwhhhhcchh wwwccchhhh ngngngngng ?.!!!”
istriku mengejan saat orgasme dan terus entah sampai orgasme yang
keberapa hingga tampaknya istriku hampir pingsan.
[Read More...]